Pakar: Pertumbuhan Ekonomi Sepanjang 2019 Masih Berada di Level Baik

- Rabu, 5 Februari 2020 | 08:47 WIB
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (PEXELS/Artem Beliaikin)
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (PEXELS/Artem Beliaikin)

Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini, Rabu, 5 Februari 2020 akan merilis angka pertumbuhan ekonomi atau PDB Indonesia, sepanjang tahun 2019 kemarin.

Berbagai spekulasi dan pendapat timbul terkait hal ini, salah satunya adalah dari Kepala Ekonom Bank BNI, Ryan Kiryanto.

Ryan memprediksi, tingkat pertumbuhan ekonomi di sepanjang tahun 2019 masih berada di level baik. Selain tingkat inflasi yang relatif rendah dan nilai tukar rupiah yang stabil, tingkat konsumsi masyarakat juga masih terjaga. Hal itu bisa dibuktikan dari jumlah transaksi belanja online yang terus meningkat. 

Ryan menyebut, PDB Indonesia masih akan berada diatas angka 5 persen. Meski demikian, hal ini akan sangat terkait dengan besaran PBD Indonesia pada Kuartal IV-2019 yang juga akan diumumkan hari ini. 

"Saya perkirakan PDB Indonesia 2019 secara full year berkisar 5,06% mengingat data historis kuartalan kapasitas pertumbuhan ekonomi berkisar 5,02% (Kuartal 3), 5,05% (Kuartal 2) dan 5,17% (Kuartal 1), dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Kuartal IV berkisar 5,05%, maka secara keseluruhan PDB Indonesia tumbuh 5,06 % di 2019," ujar Ryan kepada indozone, saat dimintai pendapatnya soal prediksi angka PDB Indonesia melalui sambungan telpon, Rabu (5/2/2020). 

Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia, kata Ryan, bisa dikatakan baik meski masih berada dibawah 6 %, sebab menurutnya, pada saat yang sama, tak hanya di Asia Tenggara saja, melainkan di seluruh dunia, tengah mengalami berbagai tekanan. 

"Yang bisa saya katakan adalah bahwa dengan pertumbuhan ekonomi sedikit di atas 5%, itu sudah bagus untuk Indonesia karena tetap tumbuh stabil dan kuat, sementara negara-negara tetangga justru mengalami perlambatan ekonomi," tuturnya. 

Adapun secara sistematis, hal-hal yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia antara lain, tingkat konsumsi rumah tangga yang  berkontribusi hingga 57%, disusul pembentukan modal tetap bruto atau investasi langsung sebesar 32%; konsumsi pemerintah sebesar 7%, ekspor-impor sebesar 1% (dimana ekspor berkontribusi sebesar 19% dengan impor berkontribusi negatif atau pengurang sebesar 18%), perubahan inventori sebesar 2% dan kontribusi konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) sebesar 1%. 

Ryan menambahkan, secara umum perekonomian Indonesia masih tertolong oleh kuatnya konsumsi rumah tangga di tengah tekanan eksternal (trade war, Brexit, risiko geopolitik dan jatuhnya harga komoditas di pasar global) yang masih dihadapi di sepanjang 2019 lalu.

Menurutnya, andaipun PDB masih bisa tumbuh di atas 5%, tentu itu juga lantaran peran nyata Bank Indonesia yang selalu ahead the curve, pre-emptive dan akomodatif dalam kebijakan moneter dan makroprudensialnya. 

"Stance (sikap) seperti ini kiranya masih akan diperankan oleh Bank Indonesia di 2020, disinkronisasikan dengan kebijakan fiskal yang lebih counter-cyclical karena risiko eksternal masih membayangi perekonomian Indonesia," pungkasnya.

 

Artikel Menarik Lainnya:

 

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X