Mayoritas Pelaku Teror Minim Pemahaman Kebangsaan

- Senin, 25 November 2019 | 13:24 WIB
Dari kiri, Anggota Fraksi Partai Golkar MPR RI, Dedy Mulyadi, Anggota Fraksi Demokrat MPR RI, Dede Macan Yusuf Effendi,  Anggota Fraksi PDI Perjuangan MPR RI, Gus Nabil, Praktisi Prodi Kajian Terorisme Sekolah kajian Stratejik & Global UI, Dr. Can. Sapto
Dari kiri, Anggota Fraksi Partai Golkar MPR RI, Dedy Mulyadi, Anggota Fraksi Demokrat MPR RI, Dede Macan Yusuf Effendi, Anggota Fraksi PDI Perjuangan MPR RI, Gus Nabil, Praktisi Prodi Kajian Terorisme Sekolah kajian Stratejik & Global UI, Dr. Can. Sapto

Praktisi Prodi Kajian Terorisme Sekolah kajian Stratejik & Global Universitas Indonesia, Sapto Priyanto menilai mayoritas pelaku teror atau tindakan terorisme dilakukan oleh mereka yang minim pengetahuan atau pemahaman kebangsaaanya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 2011-2012 mengenai motivasi dan akar terorisme di Indonesia, 45,5 persen motivasi pelaku teror Indonesia adalah ideologis, sisanya ada situasional, ada mengenai kekerasan kolektif, ada juga separatis.

"Karena yang di sini yang 45,5 persen itu ideologis, berarti di sinilah yang mungkin termasuk kurangnya paham kebangsaan dalam artian para pelaku teror 100 persen, dia menjadi pelaku teror karena kurang adanya paham kebangsaan, karena yang 50 persennya lagi dia bukan karena paham kebangsaan seperti di Poso Ambon itu kecendrungannya karena situasional, seperti itu," ucapnya, dalam diskusi dengan tema "Paham Kebangsaan untuk Mencegah Terorisme" di Gedung DPR Jakarta, Senin (25/11).

Menurutnya, penting sekali paham kebangsaan ditanamkan sejak kecil. Berkembangnya paham radikal yang memicu tindakan teror itu muncul lantaran paham kebangsaan sudah mulai kurang di negara kita.

Mungkin saat ini, sambungnya, disekolah yang hanya mengadakan upacara bendera paling sekolah negeri dan untuk sekolah swasta terkadang jarang. 

"Padahal dalam upacara bendera itu minimal pengucapan pembukaan UUD 45 itu harus disampaikan. Tetapi ada beberapa pelaku yang mungkin disekolahnya saja tak ada tiang bendera," katanya.

Meskipun mayoritas, tapi paham kebangsaan tidak melulu jadi faktor pemicu teror.

"Bahkan sekarang ada fenomena baru dimana faktornya murni soal ekonomi, yaitu ketika aksi teror yang dilakukan oleh Leopard Wisnu Kumala yang  melakukan ancaman bom di Mall Alam Sutera," ujarnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X