Pandemi Corona Dinilai Hantam Masyarakat Kelas Menengah ke Bawah

- Selasa, 4 Agustus 2020 | 21:12 WIB
 Warga antre mendapatkan nasi kotak dan masker di Markas Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I, Jakarta, Selasa (21/4/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)
Warga antre mendapatkan nasi kotak dan masker di Markas Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I, Jakarta, Selasa (21/4/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)

Direktur Eksekutif Center of Reform for Economic (CORE), Mohammad Faisal mengatakan, efek dari pandemi virus corona di Indonesia lebih banyak menghantam masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah.

Pasalnya, pandemi yang berlangsung sudah lebih dari lima bulan itu memukul telak konsumsi rumah tangga masyarakat menengah ke bawah.

Faisal mengungkapkan, hal itu bisa dilihat dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang tumbuh negatif 20,6% year on year (yoy) pada Mei 2020. Sementara penjualan kendaraan bermotor roda dua selama lima bulan pertama tahun ini tumbuh -39,6% (yoy), kemudian untuk kendaraan bermotor roda empat tumbuh -41,1% (yoy).

Ia menyebut, besarnya tekanan masyarakat berpendapatan menengah bawah di masa pandemi ini juga terlihat pada simpanan di bank dengan nilai kurang dari 100 juta yang hanya tumbuh 2,2%. Angka ini jauh di bawah pertumbuhan bulan-bulan sebelumnya yang rata-rata 5%.

"IPR merupakan indikator yang memotret perkembangan penjualan barang-barang konsumsi masyarakat itu tumbuh -20,6%  (yoy). Tekanan konsumsi swasta paling besar terjadi pada kuartal kedua tahun ini dan diperkirakan mulai reda pada kuartal ketiga," ujar Faisal di Jakarta, Selasa (4/8/2020).

Meski demikian, Faisal menyebut respons pemerintah untuk mengatasi hal itu sudah tepat. Ia menilai, kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dikeluarkan pemerintah sudah cukup representatif dan jika diimplementasikan dengan benar, maka hal itu akan sangat membantu masyarakat terdampak, yang merupakan golongan ekonomi menengah kebawah bisa segera bangkit.

"Namun jika pemerintah mampu mempercepat implementasi program-program tersebut atau bahkan memperbesar anggarannya, konsumsi swasta pada semester kedua dapat membaik," tuturnya.

Faisal berharap, pemerintah dapat mengimbangi kebijakan - kebijakan tersebut dengan percepatan dan perbaikan upaya penanggulangan wabah selama pemberlakuan new normal. Strategi ini diyakini bisa menjadi faktor utama yang membantu pemulihan konsumsi swasta.

"Meskipun pelonggaran PSBB telah dilakukan di beberapa kota serta diikuti dengan pembukaan beberapa aktivitas ekonomi, tetapi selama tren peningkatan kasus Covid-19 masih terus peningkatan, maka masyarakat akan secara sukarela membatasi aktivitasnya," pungkasnya.

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X