Mahasiswa Indonesia di New York Ungkap Sulitnya Cari Masker dan Antre Belanja Online

- Kamis, 9 April 2020 | 20:02 WIB
Mahasiswi Indonesia di New York, Angelia Merici Adem. (Dok Pribadi)
Mahasiswi Indonesia di New York, Angelia Merici Adem. (Dok Pribadi)

Amerika Serikat mencetak rekor sebagai negara dengan kasus positif virus corona tertinggi yaitu mencapai  435.160 kasus dengan total kematian 14.797 orang, sementara yang dinyatakan sembuh 22.891 orang.

Salah satu kota yang menjadi episentrum virus corona di Amerika yaitu New York. Berdasarkan situs Worldometers per Rabu (8/4/2020), total pasien positif virus corona di New York 151.171 kasus, sementara jumlah kematian 6.268 orang.

Angelia Merici Adem, mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh S2 di Columbia University menceritakan, sulitnya mencari masker di sekitar tempat tinggalnya. Begitu pun saat mencari masker di toko online sudah tak tersedia. Jika pun ada, waktu pengirimannya cukup lama.

"Masker sudah tidak bisa ditemukan lagi di sekitar tempat tinggal saya. Mau membeli online pun sudah tidak ada, atau kalau pun ada, waktu pengirimannya akan sangat lama," ungkap Angel, sapaan akrabnya, kepada Indozone, Kamis (9/4/2020). 

Langkanya masker, membuat perempuan asal Flores, NTT ini memilih untuk menggunakan masker kain seadanya atau syal. Menurutnya, hal ini lebih baik ketimbang tidak memakai sama sekali. Selain masker yang langka, pembelian bahan makanan melalui online juga mengalami hambatan dalam pengiriman. Untuk saat ini, jika memesan bahan makanan melalui online, maka barang baru akan dikirim satu minggu kemudian. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya warga yang memesan dengan sistem delivery

"Tapi setidaknya bisa membeli online dan menurut saya asalkan bisa memperkirakan kapan waktu persediaan makanan habis dengan waktu harus membeli lagi, maka online bisa jadi pilihan," tuturnya. 

Mahasiswi jurusan Education Policy ini mengaku, hingga akhir Maret lalu masih berbelanja kebutuhan makanan dengan datang langsung ke supermarket. Sebab, lokasinya tidak jauh dari tempat tinggalnya. Ia cukup berjalan kaki saja untuk bisa tiba di supermarket. Namun sejak kasus corona merebak di New York, ia ingin beralih membeli bahan makanan secara online. Baginya tidak masalah harus menunggu pengantaran selama satu minggu, demi menghindari keluar rumah.

-
Sejumlah orang berbelanja di supermarket BJ's Wholesale Club, New York (REUTERS/Mike Segar)

"Sejak kasus corona makin banyak di New York City, saya mau mencoba membeli bahan makanan secara online," kata Angel.

Menurutnya, stok bahan makanan di Kota New York masih aman. Sebab terakhir ia ke supermarket pada akhir Maret, stok bangan pangan masih banyak tersedia.

Sementara itu, Angel menuturkan, tinggal di kota yang menjadi episentrum virus corona sangat menakutkan. Ia merasa khawatir karena virus tersebut sudah menyebabkan ribuan orang meninggal dunia. Menurutnya, tidak semua warga kota New York taat pada aturan pemerintah untuk tetap berada di rumah saja. Hingga saat ini, Angel masih melihat beberapa orang keluar rumah dan beraktivitas.

-
Seorang pria di kursi roda melintasi 7th Avenue yang hampir kosong di Times Square, Manhattan saat wabah virus corona di New York City, Selasa (7/4/2020). (REUTERS/Mike Segar)

"Kadang kalau saya mau menghirup sedikit udara segar melalui jendela, saya melihat masih ada orang yang berjalan-jalan di jalan raya, meskipun hanya dua atau tiga orang. Terlepas dari apa tujuan mereka berjalan di luar, tetapi menurut saya tidak semua orang di sini ikut gerakan tinggal di rumah saja. Itu pilihan sebenarnya, karena resikonya ditanggung masing-masing orang," tuturnya. 

Angel merasa kasihan dengan para petugas medis jika masih banyak warga nekat keluar rumah. Sebab hal ini akan menambah jumlah kasus virus corona di kota New York. Ia berharap pandemi corona akan segera berakhir dan kondisi kembali normal.

"Semoga corona segera berlalu dan dunia segera pulih," harapnya.

 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X