Hikayat Hidup Nurdin, Disabilitas yang Rela Menyeret Kaki ke Jalanan Demi Mencari Nafkah

- Sabtu, 27 November 2021 | 20:12 WIB
Hikayat hidup Nurdin, penyandang disabilitas. (Photo/Yayasan Al-Iman)
Hikayat hidup Nurdin, penyandang disabilitas. (Photo/Yayasan Al-Iman)

Dari unggahan lembaga kemanusiaan Yayasan Al-Iman, hikayat perjuangan hidup seorang pria bernama Nurdin mencuri perhatian publik. Ia merupakan sosok pejuang nafkah yang bisa menjadi contoh atas syukur di hidup ini.

Kisah Nurdin

-
(Photo/Yayasan Al-Iman)

Nurdin atau yang akrab disapa Pak Nurdin ini memiliki kisah yang sangat inspiratif. Ia harus kuat menjadi pejuang nafkah meski menjadi penyandang disabilitas. Nurdin kehilangan kedua kakinya dan tidak bisa bekerja.

Kala itu ia mengalami kecelakaan dan tertabrak sepeda motor pada tahun 2010. Kakinya tergilas, patah dan harus segera diamputasi.

Sedihnya lagi, dengan kondisi yang cukup memprihatinkan pria berusia 50 tahun itu justru ditinggalkan keluarganya. Namun, ujian hidup itu tak membuatnya putus asa.

Menyeret Kaki ke Jalanan

-
(Photo/Yayasan Al-Iman)

Nurdin rela menyeret kakinya atau yang lebih tepat lututnya ke jalanan untuk menjualkan dagangan. Ia terus berjuang meski memiliki keterbatasan. Menyusuri jalanan ditemani terik matahari menyengat dan hanya beratapkan topi lusuh.

Ia yang menjual beberapa dagangannya juga berharap ada pengendara baik hati yang mau membeli. Ia menawarkan pewangi ruangan. Benar-benar kisah yang cukup indah untuk belajar makna syukur.

Baca juga: Kisah Kalu, Kera Terkaya yang Ditahan untuk Uang Tebusan & Akhirnya Temukan Keluarga Baru

Ditinggalkan Anak dan Istri

-
(Photo/Yayasan Al-Iman)

Semenjak Nurdin ditinggalkan oleh istri dan ketiga anaknya, ia hidup bersama keluarga barunya. Ia menilai bahwa keluarga barunya bisa mengajarkannya arti syukur. Sebab, masih ada yang menerimanya dengan keadaannya saat ini.

Nurdin menjual pewangi itu di jalanan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Lebih parah lagi, ia harus merasakan ketika kakinya berdarah karena mengalami robek dan lecet.

“Fisik saya memang cacat, tapi otak saya tidak. Saya tidak mau mengemis apalagi meminta-minta selama saya masih bisa berusaha dengan keringat saya sendiri. Saya tidak pernah mau merepotkan orang lain,” kata Nurdin.

Sebelum jualan pewangi ruangan di jalanan kota Majalengka, ia bahkan pernah juga mengadu nasib di Jakarta, Bekasi, Bandung, Purwokerto, Banten, sampai Semarang. Di jalanan, ia jajakan tisu, kemoceng, mainan, dan apa saja yang penting halal.

Penghasilan Nurdin

-
(Photo/Yayasan Al-Iman)

Tertatih-tatih di atas panas aspal, di bawah terik matahari, Nurdin menawarkan barang, dari satu kendaraan ke kendaraan lain. Untung jualannya yang cuma Rp1.500/pcs dan ia kumpulkan agar bisa beli beras untuk keluarga.

Untung jualan yang tak seberapa itu membuat Nurdin jadi jarang pulang ke rumah dan bertemu keluarga. Karena ongkos mudik dari Majalengka ke rumahnya di Cirebon bisa mencapai Rp100 ribu.

Dibanding tidak bisa membawa apa-apa ke rumah, akhirnya ia sering memilih untuk tidur di jalan dan membeli sepotong roti agar besoknya bisa langsung kembali berjualan.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X