Ini Alasan Seseorang Bisa Lebih Cepat Sembuh dari Virus Corona

- Jumat, 13 Maret 2020 | 17:28 WIB
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril di Istana Negara, Jakarta, Jumat, (6/3/2020). (INDOZONE/Mula Akmal)
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril di Istana Negara, Jakarta, Jumat, (6/3/2020). (INDOZONE/Mula Akmal)

Ada fakta menarik terungkap dan dialami pasien positif virus corona (Covid-19) yang tengah dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso (RSPI SS), Jakarta Utara. Yaitu, perubahan atau konversi status pada pasien Covid-19 berbeda setiap orangnya, meskipun ketika masuk dan proses perawatan dilakukan secara bersamaan.

"Kenapa yang di kasus nomor 01 sudah sembuh kemudian kasus 02 (belum) sampai saat ini kita belum terima hasil (laboratorium), kembali lagi bagaimana respons tubuh terhadap infeksi virus tersebut," kata salah satu dokter RSPI Sulianti Saroso, dr Pompini Agustina Sitompul, SpP (K) di Jakarta Utara, Jumat (13/3/2020).

Pompini menjelaskan, selama diisolasi, pihaknya telah menerapkan segala tata laksana penanganan terhadap semua pasien tertular Covid-19 secara maksimal. Ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya infeksi virus yang diidap oleh pasien tersebut.

"Daya tahan tubuh yang ada pada masing-masing pasien itu yang ikut membantu proses penyembuhan," ungkapnya.

-
Ilustrasi virus corona (freepik)

Pengobatan Optimal

Dia menuturkan, pada prinsipnya semua sudah diberikan manajemen atau tata laksana pengobatan seusai dengan optimal mungkin guna meningkatkan daya tahan tubuh. Kendati demikian, tingkat penyembuhan atau konversi status dari positif ke negatif dan sebaliknya sotiap orang berbeda.

"Artinya tidak bisa digeneralisasikan atau pukul rata. Kembali lagi respons tubuh masing-masing pasien," jelasnya.

Sementara itu, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril, juga menyampaikan hal serupa terkait ini. Bahwa perubahan atau konversi status pada pasien tertular virus corona berbeda setiap orangnya.

"Jadi penyakit ini walaupun sama penyakitnya, menyerang orang yang berbeda itu akan berbeda (konversinya), tergantung daya tahan tubuh masing-masing, tergantung kebiasaan masing-masing orang," kata Syahril dalam kesempatan yang sama.

Menurut dia, tingkat daya tahan tubuh atau imunitas menjadi salah satu faktor pembeda pola perubahan status Covid-19 dari positif menjadi negatif, maupun sebaliknya. Karena itu, tidak heran jika seseorang yang sudah bebas atau negatif dari corona pada tes pertama dan masih dimungkinkan kembali menjadi negatif.

"Sehingga ada yang cepat konversi ke negatif, mungkin ada yang butuh waktu untuk konversi ke negatif. Itulah menjadi bahan ilmuwan untuk meneliti nanti, kenapa si A itu lebih lama, si B ini lebih cepat," ungkapnya.

Fakta terkait perbedaan pola konversi itu terjadi dan dialami pasien yang kini dirawat di ruang isolasi RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara. Yakni antara pasien nomor 02 dan 03, yang sama-sama masuk dirawat, namun konversi status 02 lebih dulu setelah di tes medis sebanyak dua kali

"Pasien nomor 2 kondisi klinisnya masih bagus, jadi stabil. Memang kompilasi hasil laboratorium belum kita terima jadi kita tunggu dulu ya," tambahnya.

Dia menyampaikan, hari ini pihaknya akan memulangkan dua pasien yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19 setelah menjalani serangkaian perawatan di ruang isolasi. Kedua pasien itu masing-masing nomor 01 dan 03.

"Jadi pasien nomor 01 itu sudah negatif dua kali, Alhamdulillah fisiknya sangat baik. Kemudian pasien nomor 03 juga negatif sudah dua kali. Insya Allah, sore ini kita pulangkan," tambahnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X