Terkait Kasus Elvina, Kriminolog Paparkan Faktor Terjadinya Pembunuhan Mutilasi 

- Sabtu, 9 Mei 2020 | 16:34 WIB
Kasus pembunuhan mutilasi terhadap Elvina. (Istimewa).
Kasus pembunuhan mutilasi terhadap Elvina. (Istimewa).

Kasus pembunuhan pekerja salon rias pengantin Elvina (21) tengah menjadi perbincangan publik beberapa hari ini. Apalagi korban kasus pembunuhan yang terjadi di Komplek Cemara Asri, Deliserdang tersebut dibakar kemudian dimutilasi oleh pelaku jefri Lim (22 tahun) dan Michael (22 tahun) yang juga dibantu ibu Jefri, TS.

Kasus mutilasi sebenarnya tak asing di Indonesia. Dalam buku 'Memahami Pembunuhan' (2014) yang ditulis kriminologi Eko Hariyanto, kasus pembunuhan mutilasi bukan barang baru. Sebut saja nama-nama Ryan Jombang yang pernah memutilasi 11 korban pada 2008 lalu atau Nelson Hutapea yang pernah memutilasi orang tuanya sendiri di tahun 2012 silam.

Lantas sebenarnya apa yang ada di benak para pelaku mutilasi saat memutuskan untuk memotong tubuh korbannya?

-
Tersangka pembunuhan mutilasi Elvina. (Istimewa).

Pakar kriminologi dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala mengatakan ada beberapa tingkatan faktor yang penyebab seorang pelaku dalam memotong korban. Salah satunya modus penghilangan jejak.

"(Yang pertama) Sebagai modus menutupi kejahatan saja tanpa harus melarikan diri. Jadi korban harus dirusak dan dihilangkan jati dirinya," ujar Adrianus Meliala  saat dihubungi Indozone via WhatsApp pada Sabtu (8/5/2020). 

Salah satu faktor lain yang membuat pelaku terdorong untuk melakukannya adalah situasi dan lingkungan setempat. Dalam hal ini tempat kejadian perkara atau TKP. 

Karena memotong korban membutuhkan waktu, ia mesti berada dalam situasi yang kondusif dalam melakukannya. Seperti yang dilakukan pelaku pembunuhan Jefri Lim terhadap jasad Elvina yang dibunuh di rumah pelaku. 

"Karena nyaman dengan lokasi pembunuhan. Tahu situasi. Sehingga mampu melakukan mutilasi tanpa terburu-terburu dan bisa membersihkan bekas, " papar sang kriminolog.

Selain itu, faktor motivasi ekspresif juga mempengaruhi terjadi pembunuhan mutilasi. Khususnya bila pelaku memiliki dendam kesumat kepada korbannya

"Pada beberapa kasus, ada motif dendam pada korban. Mutilasi menjadi ekspresi kemarahan dan kebencian (pelaku)," pungkas sang kriminolog.

Kendasi seperti itu, pelaku mutilasi belum termasuk sebagai psikopat. 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X