Jusuf Kalla Minta Masyarakat Indonesia Tak Ketakutan dengan Kemenangan Taliban

- Jumat, 27 Agustus 2021 | 14:09 WIB
Seorang anggota pasukan Taliban berjaga-jaga di sebuah pos pemeriksaan di Kabul. (REUTERS/Stringer)
Seorang anggota pasukan Taliban berjaga-jaga di sebuah pos pemeriksaan di Kabul. (REUTERS/Stringer)

Jusuf Kalla memiliki pandangan berbeda mengenai Taliban yang kini menguasai Afghanistan. Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12 itu sempat meyakini bahwa Taliban setelah berhasil menggulingkan Presiden Ashraf Ghani akan menciptakan kepemimpinan yang lebih moderat.

Seperti yang diketahui, di masa kepemimpinannya pada tahun 1996 dan 2001, Taliban sangat keras dan otoriter hingga membuat rakyatnya trauma. Terbukti, saat Taliban berhasil menguasai Afghanistan beberapa waktu lalu, ribuan orang di negara tersebut berusaha kabur.

Isu Taliban yang berhasil mengusai Afganistan kini menjadi sorotan dunia, tak terkecuali Indonesia. Jusuf Kalla kemudian menjelaskan bahwa Taliban hanya menginginkan kekuasaan di negaranya.

Baca juga: Taliban Mengutuk Bom Bunuh Diri di Kabul yang Menewaskan Puluhan Orang

“Tapi Taliban itu lebih ke internal sebenarnya. Dia lebih banyak bicara tentang kekuasaan di negerinya, berbeda dengan ISIS atau Al-Qaeda, yang ingin dunia,” kata Jusuf Kalla seperti yang dikutip Indozone dari kanal YouTube Najwa Shihab.

Jusuf Kalla mengatakan bahwa Taliban sama sekali tidak ingin memperluas kekuasaan. Berbeda dengan ISIS dan Al-Qaeda.

“Selama perbincangan dengan Taliban, beberapa kali saya undang, itu bicara internal saja, tidak ada isu ingin memperluas (kekuasaan). Karena memerintah itu tidak gampang di sana,” sambungnya.

Dalam kesempatan itu, Jusuf Kalla juga menjelaskan bahwa Taliban bukan menang karena kekuatan senjata, melainkan karena Amerika sudah lelah dan angkat kaki dari negara tersebut.

“Jadi setelah dia (Taliban) menang, mereka menang pun bukan karena kekuatan senjata, tapi karena Amerika capek (sudah berkuasa) 20 tahun,” kata Jusuf Kalla.

“Amerika sebenarnya mencari permit exit-nya, sehingga dibikin perjanjian. Karena itu Amerika selalu mengatakan ini beda dengan Vietnam, karena di Vietnam orang lari terbirit-birit, di sini kan tidak. Dia keluar dengan perjanjia," ungkapnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X