LaNyalla Tuding Luhut Berbohong soal Big Data

- Kamis, 14 April 2022 | 17:08 WIB
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti (INDOZONE/Harits Tryan)
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti (INDOZONE/Harits Tryan)

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menilai big data 110 juta yang membicarakan penundaan pemilu seperti dikatakan oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan adalah sesuatu yang bohong.

“Yang disampaikan saudara Luhut Binsar itu adalah bohong ya saya hanya sampaikan itu saja,” kata La Nyalla dalam diskusi public expose big data DPD RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (14/4/2022).

La Nyalla berujar, dirinya hanya ingin menyampaikan kepada publik untuk tidak takut hingga tak terpengaruh dengan apa yang disampaikan oleh Luhut itu.

“Jadi saya hanya menekankan kebenaran saja,” tegas dia.

Sementara itu, founder platform pemantauan dan analisis digital Evello, Dudy Rudianto menjelaskan bahwa pasca Luhut menyampaikan big data 110 juta yang membicarakan penundaan pemilu, pihaknya melakukan tracking.

Kata Dudy, memang ditemukan percakapan terkait pemilu. Tapi dalam satu tahun belakangan jumlahnya tidak sampai 1 juta hanya ada 639.000.

Baca Juga: Ketua MPR Minta Tak Ada Lagi Isu Penundaan Pemilu dan Perpanjangan Presiden

“Melakukan penjajakan, penghitungan hingga menemukan akun-akun kami anggap unik. Dan keunikan itu paling besar cuma ada 693.000,” tutur Dudy.

Oleh karena itu, Dudy menekankan bilamana jumlah pembicaraan Pemilu tidak sampai diangka 110 juta.

“Jadi dengan kata lain ditarik ke belakang satu tahun pun yang membicarakan pemilu atau penundaan pemilu paling besar seperti itu. Jadi jumlah 110 juta juga berlebihan ya, satu juta juga enggak sampai,” tandas Dudy.

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan bicara terkait munculnya wacana penundaan Pemilu 2024. Hal tersebut diungkapkannya di Youtube Deddy Corbuzier.

Dalam penjelasannya, Luhut mengklaim memiliki big data yang berisikan percakapan masyarakat hingga sebanyak ratusan juta melalui berbagai media sosial. Di sana, mereka menyuarakan terkait penundaan pemilu.

"Karena begini, kita kan punya big data, saya ingin lihat, kita punya big data, dari big data itu, kira-kira meng-grab 110 juta. Iya, 110 juta, macam-macam, Facebook, segala macam-macam, karena orang-orang main Twitter, kira-kira orang 10 jutalah," ucap Luhut yang dikutip Indozone, Sabtu (12/3/2022).

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X