Segelintir Polemik Wabah Virus Corona di Indonesia, karena Tak Mendengar Imbauan Ilmuwan

- Senin, 6 April 2020 | 14:24 WIB
Ilustrasi staf medis membawa pasien corona. (ANTARA FOTO/M N Kanwa)
Ilustrasi staf medis membawa pasien corona. (ANTARA FOTO/M N Kanwa)

Hingga detik ini, wabah virus corona masih jadi topik utama perbincangan orang-orang dari segala penjuru daerah, termasuk Indonesia.

Pasalnya, virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok  ini telah membuat sebanyak 2.273 orang Indonesia positif terinfeksi virus corona, dengan jumlah kematian sebanyak 198 orang per Senin (6/34/2020).

Sementara itu, penanganan wabah virus corona di Indonesia ini dinilai mengacuhkan riset ilmiah yang dilakukan oleh para peneliti dan ahli.

-
Menkes Terawan. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Sebut saja, ucapan dari Menteri Kesehatan, Terawan yang menilai bahwa riset dari Harvard T.J. Chan School of Public Health di Amerika Serikat pada bulan Februari 2020 lalu adalah sebuah penghinaan.

Saat itu, riset tersebut memprediksi bahwa seharusnya Indonesia telah mencatatkan kasus positif corona, karena sejumlah penerbangan dari dan ke Tiongkok masih dibuka hingga Januari 2020.

Tak hanya Menkes Terawan, sejumlah figur pemerintahan pun seolah abai dengan kemungkinan perkembangan virus corona di Indonesia.

Beberapa lelucon dan komentar non-ilmiah terlontar dari para menteri dan setingkatnya. Mereka menganggap kehadiran virus corona di Indonesia buknlah masalah serius yang harus diantisipasi.

Hingga pada akhirnya, virus corona di Indonesia berubah jadi darurat nasional dengan tingkat kematian sebesar 9,13%. Angka ini lebih besar dari rata-rata tingkat kematian global yang hanya 5,38%.

-
Salah satu wilayah di Surabaya terapkan lockdown. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Meskipun begitu, hingga kini, belum ada imbauan dari peneliti yang diterapkan. Sebut saja kebijakan lockdown atau karantina wilayah.

Presiden Jokowi menyebutkan bahwa kebijakan lockdown tidak dapat diterapkan di Indonesia, karena dapat mempengaruhi sejumlah faktor. Mulai dari faktor karakter, budaya hingga kedisiplinan yang berbeda.

Itulah kenapa Presiden Jokowi lebih memilih untuk menerapkan physical distancing.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa lockdown adalah satu-satunya cara, yang bisa dilakukan untuk menekan angka penyebaran virus corona.

-
Direktur Eksekutif WHO, Michael Ryan bersama dengan Dirjen WHO,Tedros Adhanom Ghebreyesus. (REUTERS/Denis Balibouse)

"Kita harus menerapkan pengawasan kesehatan masyarakat, isolasi, karantina, penemuan kasus dan deteksi. Kita harus dapat menunjukkan bahwa kita dapat menang melawan virus, karena lockdown saja tidak akan berfungsi," kata Direktur Eksekutif WHO, Michael Ryan dalam sebuah briefing pers virtual pada Senin (3-0/3/2020).

"Namun sayangnya, dalam beberapa situasi saat ini, lockdown adalah satu-satunya ukuran yang dapat diambil pemerintah untuk memperlambat virus ini. Itu sangat disayangkan, tetapi itulah kenyataannya," sambungnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X