Tanggapi Pidato Jokowi Soal PEN, INDEF: Program Pemerintah Belum Efektif

- Jumat, 14 Agustus 2020 | 13:40 WIB
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato dalam rangka penyampaian laporan kinerja lembaga-lembaga negara dan pidato dalam rangka HUT ke-75 Kemerdekaan RI. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay).
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato dalam rangka penyampaian laporan kinerja lembaga-lembaga negara dan pidato dalam rangka HUT ke-75 Kemerdekaan RI. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay).

Institute Development of Economics and Finance (INDEF) menilai, program pemerintah terkait Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang telah digulirkan, dirasa masih belum efektif. Salah satu acuannya yakni terkait pertumbuhan konsumsi masyarakat yang masih mengalami kontraksi hingga diatas 7%. 

Dalam pidato pembukaan Sidang Tahunan MPR 2020 di gedung parlemen pagi ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat menekankan upaya pemerintah dalam mengatasi situasi pandemi. Tak hanya fokus di kesehatan, pemerintah juga disebut sangat concern dengan pemulihan ekonomi nasional. 

Menurut Jokowi, dengan program PEN yang sudah berjalan, diharapkan perekonomian Indonesia akan segera bangkit dan menghindarkan Indonesia dari jurang resesi atau krisis yang sangat berpeluang terjadi pada kuartal III-2020 ini. 

Komentar ini pun menjadi perhatian INDEF. Hal itu disampaikan oleh Ekonom INDEF, Enny Sri Hartati saat dihubungi Indozone melalui sambungan telepon pada Jumat (14/8/2020).

Menurut Enny, program bantuan pemerintah terkait pandemi covid-19 seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT), hingga Program Kartu Prakerja, termasuk juga program restrukturisasi kredit UMKM telah digulirkan sejak awal pandemi di Indonesia atau awal kuartal II-2020. 

Namun demikian, program-program tersebut dinilai tidak efektif karena pada rilis Badan Pusat Statistik (BPS) tentang PDB Indonesia Kuartal II-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32%. Salah satu penyebabnya yakni pertumbuhan konsumsi masyarakat yang mengalami kontraksi sangat dalam, dari yang semula diatas 5% pada kondisi normal, menjadi minus 2,96% pada kuartal II-2020 atau di tengah situasi pandemi. 

"Jadi kalau komitmen dari berbagai macam program pemulihan ekonomi nasional itu hanya sebatas retorika, artinya hanya menjadi program-program yang terdokumentasi dan juga disampaikan kepada publik tapi minim realisasi, ya maka tidak akan pernah efektif," ujar Enny. 

Enny melihat, ada dua persoalan utama yang dihadapi pemerintah, yakni kemampuan mengeksekusi program, dan juga efektifitas dari sasaran program. Menurutnya, jika hal itu tidak bisa dilakukan pemerintah, maka program PEN yang menjadi jargon pemerintah saat ini tidak akan efektif dan menyelesaikan persoalan. 

"Kalaupun pemerintah ingin memberikan intervensi agar daya beli masyarakat mengalami kenaikan, itu pasti sangat efektif untuk menghadang resesi. Tetapi kalau instrumen yang digunakan tidak tepat sasaran dan tidak efektif, maka juga tidak akan punya dampak efektifitasnya untuk penanggulangan resesi yang akan kita hadapi," pungkasnya. 

Artikel Menarik Lainnya:

 

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X