Jokowi: Kita Ingin Indonesia Bisa Produksi Avtur dari Kelapa Sawit

- Kamis, 17 Oktober 2019 | 14:42 WIB
(Instagram @jokowi/Reuters/Kolase)
(Instagram @jokowi/Reuters/Kolase)

Indonesia sendiri menyadari bahwa tekanan Eropa tidak bisa dibiarkan (baca: Kelapa Sawit, Kekayaan Indonesia yang Terus Dijegal Keberadaannya), karena itu pemerintah menyusun rencana agresif meningkatkan kebijakan kadar pencampuran biodiesel dari B20 (20% campuran fatty acid methyl esters, produk turunan minyak sawit) ke B30.

Presiden Jokowi pun berharap pada Januari 2020 nanti pelaksanaan mandatori biodiesel B30 sudah dapat dimulai. Jokowi menilai penerapan kebijakan B20 sejak 2018 membawa hasil cukup signifikan bagi ekonomi RI.

"Saya ingin kurangi ketergantungan pada energi fosil dan paling penting kurangi impor minyak. Kalkulasi kala kita konsisten B20 ini, kita bisa hemat kurang lebih US$5,5 miliar per tahun. Ini angka yang gede banget," ujar Jokowi saat Rapat Terbatas soal evaluasi pelaksanaan mandatory biodiesel di kantor Presiden, Jakarta, beberapa waktu lalu.

-
Presiden Jokowi di dampingi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian (Mentan) saat meninjau kebun sawit rakyat di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Jumat (13/10/2018) - (Biro Pers Setpres)

Melihat angka tersebut, Jokowi pun ingin B20 buru-buru pindah ke B30 di 2020 mendatang. Dan selanjutnya di akhir 2020  sudah loncat lagi ke B50. Pemanfaatan kelapa sawit, lanjut Jokowi, selain untuk menyelamatkan devisa negara dari impor minyak, juga untuk mengatasi masalah yang menekan komoditas kelapa sawit selama ini.

"Tekanan pada kelapa sawit betul-betul perlu diantisipasi dari dalam negeri sehingga kita bisa punya bargaining position (posisi tawar) pada Uni Eropa dan negara lain yang coba membuat bargaining position kita lemah,” kata Jokowi.

Presiden juga telah meminta jajarannya untuk mendalami lebih jauh kemungkinan avtur dicampur CPO. Pencampuran dengan avtur, jika berhasil, bukan hanya meningkatkan pemanfaatan CPO, melainkan juga menekan impor avtur. Dengan diproduksinya avtur dalam negeri, maka Indonesia tidak hanya bisa menghentikan impor tapi juga bisa mengekspor avtur ke negara-negara lain.

"Kita sudah memproduksi sendiri avtur hingga tidak impor avtur lagi. Tapi kita bisa lebih dari itu, kita bisa ekspor avtur, kita juga ingin produksi avtur berbahan sawit," jelas Jokowi.

-
Petugas mengecek kualitas Avtur yang akan didistribusikan ke pesawat di Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Bandara BIJB Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, Selasa (10/9/2019). (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

Presiden Jokowi pun mendorong pengusaha Tanah Air untuk berani menembus pasar dunia. Tidak hanya pengusaha, perusahaan plat merah atau BUMN pun dituntut untuk memberanikan diri melebarkan sayapnya ke kelas dunia.

"Kita harus berani melakukan ekspansi tidak hanya bermain di pasar dalam negeri. Produk-produk kita harus mampu membanjiri pasar regional dan global. Pengusaha-pengusaha dan BUMN-BUMN kita harus berani menjadi pemain kelas dunia. Itu yang harus kita lakukan. Talenta-talenta kita harus memiliki reputasi yang diperhitungkan di dunia internasional itu yang harus kita siapkan. Sekali lagi kita harus semakin ekspansif, from local to global," ujar Jokowi pada pidato kenegaraan di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (16/8).

-
Presiden Jokowi didampingi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian (Mentan) saat meninjau Program Peremajaan Sawit Rakyat di Serdang Bedagai, Sumatera Utara, (27/11/2017) - (Humas Kementerian Pertanian)

Jokowi pun menegaskan Indonesia harus segera berbenah jika ingin mewujudkan impian tersebut. Saat ini dinilai adalah momentum yang tepat untuk berbenah, karena Indonesia akan berada di puncak periode bonus demografi di antara tahun 2020 hingga 2024.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X