Gegara Penerbangan Ditutup, Para Remaja Belanda Nekat Arungi Samudra Atlantik dari Kuba

- Senin, 27 April 2020 | 13:23 WIB
Potret remaja Belanda yang mengarungi Samudra Atlantik dari Kuba. (REUTERS/Eva Plevier)
Potret remaja Belanda yang mengarungi Samudra Atlantik dari Kuba. (REUTERS/Eva Plevier)

Untuk memutus rantai penyebaran virus corona, pemerintah dari sejumlah negara memutuskan untuk menghentikan sementara operasional maskapai penerbangan.

Aturan inilah yang membuat sejumlah remaja asal Belanda, nekat untuk berlayar dengan memakai perahu kuno dari Kuba ke Belanda. Mereka menggunkan kapal layar "Wylde Swan", yang dibuat pada tahun 1920.

-
Kapal layar "Wylde Swan" yang digunakan oleh remaja dari Kuba untuk kembali ke Belanda. (REUTERS/Eva Plevier)

Perjalanan yang dilakukan oleh sekitar 40 orang warga Belanda ini terdiri dari, remaja berusia antara 14 hingga 17 tahun. 12 orang di antara mereka adalah pelayar profesional serta tiga orang guru.

Mereka rencananya akan mengikuti program pelayaran di Kuba selama enam minggu. Namun, baru setengah jalan program itu berlangsung, tiba-tiba program tersebut harus dihentikan karena wabah virus corona.

-
Remaja dan sejumlah orang lainnya saat tiba di pelabuhan Belanda. (REUTERS/Eva Plevier)

Setelah program dihentikan, mereka memutuskan untuk kembali ke Belanda. Namun sayang, pemerintah Kuba telah menutup operasional maskapai penerbangan, sehingga tak bisa pulang dengan pesawat. Alhasil, mereka nekat untuk berlayar menggunakan  kapal layar "Wylde Swan".

Dilansir dari Reuters, perjalanan itu mereka tempuh sejauh 7.000 kilometer mengarungi Samudra Atlantik.

"Pikiran pertama saya adalah: Bagaimana saya akan melakukan ini dengan pakaian yang saya punya, dan apakah ada cukup makanan dikapal?" ujar Anna Maarthe, pelajar yang ikut dalam pelayaran.

Sebelum kapal berangkat, mereka harus mempersiapkan diri. Mulai dari membeli pakaian hingga makanan. Pasalnya, pakaian yang mereka harus bawa ialah pakaian untuk pelayaran tropis.

-
Para remaja bersorak usai bersandar di pelabuhan Harlingen, Belanda. . (REUTERS/Eva Plevier)

Selama kurang lebih lima minggu melakukan perjalanan dengan memakai kapal, mereka sering sekali merasa bosan. Untuk menghilangkan kebosanan itu, mereka kerap bermain game atau belajar.

Mereka juga memberlakukan pergantian tugas untuk menjaga kapal antara pukul 3-6 pagi, waktu setempat. Di sore harinya, mereka melakukan aktivitas "Happy Hour". Meskipun namanya "Happy Hour", bukan berarti mereka senang-senang di atas kapal.

"Itu artinya, bersih-bersih kapal. Jadi tidak menyenangkan, tapi itu adalah bagian dari pelayaran ini," ujar Lotte, pelajar lain yang ikut dalam pelayaran.

-
Salah satu remaja yang disambut orang tuanya usai tiba di Belanda. (REUTERS/Eva Plevier)

Mereka juga pernah dilarang untuk turun dari kapal di Azores, Portugal, karena warga yang takut mereka membawa virus corona.

Mereka akhirnya berhasil sampai di pelabuhan Harlingen, Belanda pada 21 April 2020. Semua peserta yang ikut dalam pelayaran turun satu persatu dari kapal, menuju orang tua yang sudah menunggu mereka.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X