Komisioner Ombudsman Laode Ida menyatakan beberapa sikap blunder yang dilakukan Staf Khusus Milenial Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai mencederai negara dan generasi milenial.
"Ini memang suatu cedera buat negara ini ketika di sumbu kekuasaan ada pemanfaatan jabatan bagaimana mereka orang yang tidak matang di satu pihak dan diharapkan satu pihak lainnya untuk adanya akselerasi dengan nilai moral dan integritas yang kuat," ucapnya kepada Indozone, Rabu, (15/4/2020).
Menurutnya, ini bukti bahwa generasi milenial yang dianggap Jokowi bisa berbuat dan bekerja banyak malah menodai hal itu.
Karena terlibat dalam penyelenggaraan negara, seharusnya tidak memilih sembarang orang sebagai Staf Khusus Presiden. Mereka harus matang secara emosional, memberi kemampuan akademis dan memiliki moralitas yang teruji, juga memiliki track record yang baik.
"Mereka ini belum teruji moralitasnya, track recordnya belum terlihat kalau dikatakan alumni dari universitas luar negeri, itu tidak menjamin, karena mereka harus ditracking, tidak bisa karena istilah milenial lagi ngetren dianggap sebagai kelebihan tersendiri," tegasnya.
Seperti yang diketahui sebelumnya, salah satu Staf Khusus Presiden Jokowi, Andi Taufan Garuda Putra menyurati seluruh camat di seluruh Indonesia untuk mendukung program kerjasama dengan perusahaan miliknya PT Amartha Mikro Fintek (Amartha). Alasannya untuk memberikan edukasi mengenai virus corona (Covid-19) dan mendata kebutuhan alat pelindung diri (APD) di Puskesmas.
Surat itu viral dan menjadi perbincangan publik karena dianggap bertindak mengambil kesempatan dan menggunakan jabatan untuk kepentingan perusahaannya.
