Pojok Literasi, Menjauhkan Generasi Muda dari Pengaruh Gawai

- Rabu, 31 Juli 2019 | 11:04 WIB
photo/ANTARA/Indriani
photo/ANTARA/Indriani

Tak bisa dipungkiri, kehadiran teknologi komunikasi khususnya telepon pintar dan internet telah mengubah gaya hidup sejumlah kalangan, tidak terkecuali generasi muda. Anak-anak gemar sekali memainkan gawai untuk sekadar berselancar di dunia maya. Hingga berdampak pada rendahnya minat membaca buku.

Terlepas dari dampak apa pun yang diakibatkan dari penggunaan gawai, toh masih ada beberapa cara untuk membuat anak-anak tetap gemar membaca buku. Salah satunya dengan pojok literasi.

Pojok Literasi

-
photo/ANTARA/Indriani

Seorang siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 20/1 Jembatan Mas Kabupaten Batang Hari, Jambi, Rasyid Hartono yang berusia 7 tahun, terlihat asyik menekuni buku yang ada di hadapannya. Bola matanya menyapu gambar yang ada di halaman buku itu.

Ibunya, Widyawati (35), duduk tepat di sebelahnya sambil membacakan cerita di buku itu. Sejak dua pekan lalu atau tepatnya sejak masuk di sekolah tersebut, Widyawati turut masuk ke dalam kelas dan duduk di samping Rasyid. Tidak di setiap pelajaran, namun hanya pada sesi pelajaran membaca.

"Kami memang diminta guru untuk membantu anak murid beradaptasi di lingkungan baru. Salah satunya dengan ikut serta mendampingi anak di sekolah," kata Widyawati saat ditemui di sekolahnya, Jumat (26/7) lalu.

Awalnya, kata dia, Rasyid sempat agak bingung karena berada di lingkungan baru. Rasyid juga sempat mengalami "mati gaya" di sekolah. Pasalnya, anak bungsu dari dua bersaudara itu sudah terbiasa menggunakan gawai di rumahnya. Orang tuanya memberikan keleluasaan pada Rasyid untuk main gawai dengan harapan anaknya itu tidak pergi main jauh-jauh dari rumah.

Untungnya di sekolah itu, ada pojok literasi di setiap kelas, termasuk di kelas satu. Di pojok literasi, terdapat sejumlah buku bacaan yang dipasang di rak. Dari situ, Rasyid tertarik untuk mengenal buku.

Meskipun, kata Widyawati, memang agak sulit mengajak anak untuk menyenangi buku. Widyawati pun punya trik agar Rasyid ikut membaca, yakni dengan memilihkan buku yang banyak gambarnya dan kata-katanya mudah dimengerti.

"Terasa sekali perubahannya sejak tahu buku. Kadang saking asyiknya sama buku, lupa main HP (gawai)," kata Widyawati.

Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 20/1 Jembatan Mas Kabupaten Batang Hari, Jambi, Arleli S.Pd, mengatakan di setiap kelas yang ada di sekolahnya memiliki pojok literasi. Hal itu sesuai dengan ajakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) agar siswa membaca buku sebelum pelajaran dimulai.

Buku-buku yang ada di pojok literasi, tidak hanya berasal dari pemerintah, tetapi juga orang tua murid. Setiap orang tua murid minimal menyumbang satu buku non pelajaran untuk mengisi koleksi pojok literasi.

"Wali murid sangat bersemangat. Diminta satu, tapi pas ngasihnya ada yang dua hingga tiga buku per wali murid," kata Arleli.

Keterlibatan wali murid tidak hanya dalam mendonasikan buku, khusus untuk kelas satu Sekolah Dasar (SD) turut berperan dalam proses adaptasi. Proses tersebut paling lama hanya sekitar dua minggu. Para orang tua diajak terlibat mengajari anaknya dan juga membantu proses adaptasi.

Gerakan Nasional Orang Tua Membacakan Buku (Gernas Baku)

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD Dikmas) Kemendikbud Harris Iskandar mengatakan pihaknya memiliki program yang bertujuan menumbuhkan kebiasaan membaca sejak dini, yakni Gerakan Nasional Orang Tua Membacakan Buku (Gernas Baku). Melalui Gernas Baku, para orang tua diminta ikut serta membacakan buku pada anaknya.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X