Harga Minyak Anjlok, Pertamina Diusulkan Slow Down Biar Tidak Rugi

- Senin, 27 April 2020 | 17:36 WIB
Ilustrasi pengeboran lepas pantai. (Pixabay/kristinakasp).
Ilustrasi pengeboran lepas pantai. (Pixabay/kristinakasp).

Harga minyak berjangka terus mengalami fluktuasi di tengah serbuan wabah virus corona di dunia. Kejatuhan harga minyak hingga di luar kewajaran itu salah satunya dipicu kelebihan produksi, yang berbanding terbalik dengan turunnya permintaan akibat banyak negara melakukan Lockdown, imbas dari Covid-19.

Di Tanah Air sendiri, Pertamina disebut tengah berjibaku dengan target lifting minyak yang dipatok pemerintah, sebanyak 1 juta BOPD pada 2025 mendatang, dimana salah satu upaya yang harus dilakukan yakni melakukan eksplorasi sebanyak-banyaknya, serta optimalisasi lapangan eksisting dengan teknologi yang tersedia.

Namun demikian, di sisi yang berbeda, kondisi kejatuhan harga minyak dunia tersebut tentu menjadi tantangan yang sangat berat bagi Pertamina. Apalagi, kondisi keuangan Pertamina dalam beberapa tahun terakhir memang belum stabil.

Atas dasar itu, Pertamina kemudian diusulkan untuk melakukan Slowdown produksi, agar beban Capex dan Opex bisa berkurang dan cashflow perusahaan bisa membaik.

"Saya kira dengan kondisi saat ini, memang langkah paling baik dari Pertamina kita slowdown dulu produksi, agar beban capex dan opex mereka bisa berkurang," ujar Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan kepada Indozone, saat dihubungi pada Senin (27/4/2020).

Pertamina, kata Mamit, disarankan untuk menginventarisir kembali proyek-proyek yang memakan biaya besar, serta melakukan renegosiasi dengan para pendukung kegiatan migas, agar efisiensi dari produksi dan operasional terjaga.

"Saya kira Pertamina lebih baik meningkatkan kegiatan workover dan well service’s (WOWS) di tengah kondisi saat ini," tuturnya.

-
Ilustrasi Pengeboran Minyak. (Foto: Pertamina)

Meski demikian, kata Mamit, kebijakan Slowdown juga tentu akan ada dampaknya bagi para pekerja Pertamina, maka itu, ia berharap perusahaan bisa melakukan perhitungan yang benar-benar matang, agar kinerja perusahaan tetap terjaga, namun tanpa menimbulkan masalah bagi karyawannya.  

"Jadi kurang lebih dampak dari pemangkasan produksi Pertamina, sama dengan tadi di AS. Akan banyak nanti pekerja migas yang akan kehilangan pekerjaan mereka. Ini juga saya kira menjadi dilema yang harus diperhatikan oleh para stakeholder," pungkasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X