Pembangunan Tugu Sepeda oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dilakukan di atas trotoar di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. Padahal diketahui, fungsi utama dari trotoar adalah untuk pejalan kaki.
Lantas bagaimana penilaian dari pengamat tata kota terkait pemilihan lokasi yang digagas oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tersebut?
Menurut Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna, pembangunan tugu tersebut bisa dikatakan akan mengganggu pejalan kaki apabila jumlah pejalan kaki di kawasan tersebut sangat ramai.
"Kalau pejalan kakinya tidak begitu ramai dan bisa dikategorikan tidak menghambat arus pejalan kaki, posisi patung tidak begitu bermasalah. Kecuali kalau memang di kawasan sangat ramai," ucap Yayat kepada Indozone, Selasa (13/4/2021).
Bahkan, Yayat pun menilai bahwa tugu sepeda yang dibangun sebagai pengingat untuk menjadikan sepeda sebagai alat transportasi bisa menambah jumlah pejalan kaki di sekitaran trotoar dekat tugu tersebut.
"Nah sebetulnya patung itu dibuat di situ supaya yang jalan kakinya ramai," pungkasnya.
Meski demikian, Yayat menilai penempatan Tugu Sepeda di DKI harus harus memperkuat lokasi tempatnya dibangun, dan harus menjadi sebuah pilihan strategis yang memperindah kota, simbol, dan estetika.
"Tolong diperhatikan bahwa tugu itu akan menjadi destinasi bagi pengguna sepeda. Jadi penempatannya harus memperkuat lokasi," terang Yayat.
"Jalan Sudirman itu kan jalan ptotokol utama, yang menjadi sebuah lintasan tamu-tamu negara, wisatawan atau kepentingan lainnya, penempatan di situ bisa dimaknai suatu simpul strategis," tandasnya.
Sekadar diketahui, pembangunan Tugu Sepeda itu senilai Rp800 juta merupakan bagian proyek dari pembangunan jalur sepeda permanen sepanjang 11,2 kilometer yang menelan biaya sebanyak Rp28 miliar.
