Veronica Koman: Tak Ada yang Namanya Pendeta Jupinus Wama, Yang Ada Yopinus Uamang

- Rabu, 21 April 2021 | 18:02 WIB
Rumah warga yang dibakar KKB di Beoga, Kabupaten Puncak. ANTARA/HO
Rumah warga yang dibakar KKB di Beoga, Kabupaten Puncak. ANTARA/HO

Aktivis HAM dan pembela kemerdekaan Papua, Veronica Koman membeberkan fakta mengejutkan terkait aksi separatis di wilayah Beoga, Papua, yang belakangan disampaikan oleh seorang pendeta yang disebut bernama Jupinus Wama.

Berdasarkan hasil verifikasi kepada warga Beoga, ternyata tidak ada pendeta yang bernama Jupinus Wama, seperti yang ditulis dalam rilis aparat RI yang banyak dikutip oleh media.

Veronica membeberkan ada empat hal yang perlu diluruskan dari pemberitaan yang beredar, selain soal nama pendeta.

"Kedua, tidak betul terjadi pemerkosaan massal," katanya.

Yang ketiga, beber Veronica, warga setempat sempat protes ke Pendeta Yopinus kenapa berbicara yang tidak terjadi. 

"Diduga kuat karena beliau di bawah tekanan TNI," ujar Veronica.

Sedangkan terkait adanya pembunuhan dan pembakaran, memang benar adanya, sebagaimana telah diakui oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB).

"Situasi Beoga kini mulai normal, aparat TNI/Polri berangsur keluar. Saya belum berhasil bicara dengan Pendeta Yopinus meski sudah coba berulang-ulang tiap hari ke dua nomor beliau—nomor tidak aktif. Saya putuskan untuk naikkan info ini dulu supaya ada perbandingan info. Saya akan update lagi bila masih ada yang perlu diupdate setelah berhasil bicara dengan beliau," ujar Veronica.

Di akhir keterangannya, Veronica menyampaikan bahwa ia tidak mengklaim hasil verifikasinya sebagai kebenaran. 

"Perlu adanya tim independen yang turun ke lapangan untuk investigasi tuduhan kekerasan seksual massal yang sangat serius ini. Bila ada warga asli Beoga yang tahu fakta lain terkait tuduhan kasus kekerasan seksual ini, mohon hubungi saya lewat inbox. Terima kasih," tambahnya.

Sebelumnya, kantor berita Antara milik pemerintah RI memberitakan bahwa Pdt Jupinus Wama mengungkapkan aksi kelompok kriminal bersenjata (KKB) sudah tidak berperikemanusiaan karena mengganggu anak-anak perempuan di kampung.

"KKB selain melakukan pembakaran dan penembakan yang menewaskan dua orang guru juga mengganggu anak perempuan yang ada di kampung," ungkap Pdt Wama di Beoga, Minggu (18/4/2021) dikutip dari Antara.

Humas Satgas Nemangkawi dalam keterangan persnya menyatakan, Pdt Wama juga mengakui, anggota KKB sudah tidak lagi menganggap mereka para gembala (gereja) dan Kampung Beoga sudah hitam akibat ulah KKB.

"Aksi yang dilakukan KKB tidak berperikemanusiaan karena mereka kasih hancur bukan hanya gedung sekolah saja, tapi kita punya anak anak perempuan dihancurkan, termasuk rumah," ungkap Pdt Jupinus Wama.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X