Peneliti Populi Center Rafif Pamenang Imawan menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) terbilang sulit untuk membentuk kabinet zaken. Adapun kabinet zaken adalah suatu kabinet yang jajaran menterinya berasal dari kalangan ahli dan bukan representasi dari suatu partai politik tertentu.
Menurut Rafif Indonesia negara yang menganut sistem presidensial sangatlah sulit membentuk kabinet zaken. Pasalnya harus banyak pihak yang kepentingannya harus diakomodasi.
"Karena secara politik memang sulit sistem presidensial sekarang untuk membuat kabinet zaken. Karena sistem multi partai yang kita punya, mau gak mau serta banyaknya pokok kepentingan," ujar Rafif dalam diskusi virtual bertajuk "zaken kabinet, mungkinkah", Kamis (22/4/2021).
Ia berkata, perlu pihak diakomodasi kepentingannya agar agenda yang ingin dijalankan Presiden dapat tercapai dengan baik.
Di sisi lain, Rafif menambahkan kalaupun kabinet zaken terbentuk, pastinya sosok-sosok profesional yang dipilih juga harus survive. Ia mencontohkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim yang belakangan ini bertemu dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Baca Juga: Direvisi, Masyarakat Dilarang Mudik Mulai 22 April Sampai 24 Mei
"Menurut saya profesional non parpol tidak punya interest juga, dia harus survive lobby kesana kesini. Paling baru misalnya Nadiem Makarim ketemu Megawati misalnya, itu kan dia profesional artinya dia butuh ketemu tokoh-tokoh besar," bebernya.
Sementara itu, Peneliti P2P LIPI, Wasisto Raharjo Jati mengatakan, sejatinya tren zaken kabinet untuk sekarang ini terbilang naik dan mulai mencapai titik puncaknya di tahun 2016.
Wasisto berkata, tahun 2016 lalu ketika presiden Jokowi melakukan reshuffle jilid kedua pada 27 Juli 2016, yakni komposisi menteri antara profesional dan partisan itu lebih condong ke profesional.
"Ternyata logika meritokrasi atau zaken kabinet itu trennya semakin naik, naiknya perlahan. Jadi kita bisa mendapatkan gambaran dasar bahwa meritokrasi bisa berjalan naik, tidak sepenuhnya tapi secara continue itu ada," urai Wasisto.