Hadapi Diskriminasi Sawit Uni Eropa, Jokowi dan Mahathir Bersatu

- Sabtu, 10 Agustus 2019 | 12:51 WIB
ANTARA FOTO/Agus Setiawan
ANTARA FOTO/Agus Setiawan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad sepakat untuk bersatu menghadapi diskriminasi terhadap produk kelapa sawit kedua negara bertetangga tersebut oleh Uni Eropa.

Kesepakatan tersebut dicapai dalam kunjungan resmi Presiden Jokowi di Malaysia. Didampingi oleh Ibu Negara Iriana, Jokowi mengakhiri kunjungannya ke Malaysia sejak Kamis (8/8). 

Sebelumnya, Jokowi telah bertemu dengan PM Mahathir dan melakukan sejumlah kegiatan lain hingga Jumat (9/8) siang. Diketahui, dalam kunjungan tersebut, Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Mahathir guna membahas sejumlah hal.

-
ANTARA FOTO/Agus Setiawan

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi yang ikut serta dalam kunjungan Presiden tersebut menerangkan bahwa kedua pimpinan negara itu berbicara dan membahas beberapa hal. Di antaranya, pendidikan bagi para anak, Warga Negara Indonesia (WNI) dan tenaga kerja Indonesia di Malaysia, komitmen untuk bersatu melawan diskriminasi produk kelapa sawit kedua negara, serta upaya intensif negosiasi penyelesaian masalah perbatasan.

"Tadi pagi sampai siang, Presiden berada di Kuala Lumpur dan telah melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Malaysia. Beberapa hal yang dibahas Presiden dan Perdana Menteri Malaysia antara lain diskusi mengenai masalah Community Learning Center (CLC)," kata Menlu Retno di Singapura, Jumat (9/8), dalam keterangan tertulis.

Diketahui, sejauh ini Indonesia telah memiliki beberapa CLC di wilayah Sabah dan Serawak. Namun, untuk wilayah Semenanjung Malaysia hingga saat ini masih belum terdapat CLC yang sangat penting bagi perkembangan pendidikan anak-anak Indonesia yang berada di Malaysia. 

Oleh karena itu, Presiden Jokowi meminta bantuan PM Mahathir agar dapat membangun CLC di kawasan tersebut. "Isu ini sudah mulai dibahas oleh Presiden dan Perdana Menteri Malaysia sejak beberapa waktu yang lalu dan tadi pada saat pertemuan Presiden mengatakan bahwa Perdana Menteri Malaysia memberikan komitmen untuk memperhatikan permintaan Indonesia," kata Retno.

-
ANTARA/Puspa Perwitasari

Kemudian, Presiden Jokowi dan PM Mahathir juga sepakat untuk bersatu dalam menghadapi diskriminasi produk kelapa sawit kedua negara oleh Uni Eropa. "Kedua pemimpin memiliki komitmen yang tinggi untuk meneruskan perlawanan terhadap diskriminasi sawit," ujarnya.

Retno menjelaskan, Indonesia dan Malaysia memiliki komitmen tinggi dalam isu pengolahan dan pengelolaan sawit yang berkelanjutan. Indonesia juga telah memiliki sertifikasi sawit dan data-data ilmiah yang dapat dipakai untuk perbandingan.

ASEAN dan Uni Eropa telah sepakat membentuk working group on palm oil. Indonesia menilai bahwa persamaan persepsi mengenai kerangka kerja working group (WG) tersebut penting untuk dilakukan. Tanpa persamaan persepsi dikhawatirkan WG tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan.

"Jadi, pendekatan kita adalah pendekatan yang terbuka. Mari kita bekerja sama. Tapi ya sekali lagi, kalau ajakan kerja sama itu tidak dan terus menerus kita terdiskriminasi ya pastinya Indonesia dan Malaysia tidak akan diam. Kita akan melawan," kata dia.

-
photo/Biro Pers dan Media Setpres RI

Selain itu, keduanya juga bersepakat untuk mengintensifkan pembicaraan dan negosiasi seputar masalah perbatasan kedua negara. Pembahasan soal perbatasan tersebut meliputi perbatasan di laut maupun darat.

"Sebagaimana teman-teman ketahui, kita memiliki perbatasan yang cukup banyak dengan Malaysia baik perbatasan darat maupun perbatasan laut dan kedua pemimpin sepakat untuk mengintensifkan negosiasi baik untuk darat maupun laut sehingga dapat menghasilkan kemajuan," katanya.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Polres Langkat Musnahkan Barbuk Ganja dan Sabu

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB
X