Fakta Penangkapan 6 Orang yang Berencana Gagalkan Pelantikan Presiden

- Selasa, 22 Oktober 2019 | 12:47 WIB
Eggi Sudjana | ANTARA/Ricky Prayoga
Eggi Sudjana | ANTARA/Ricky Prayoga

Polda Metro Jaya menangkap enam orang yang diduga berniat menggagalkan pelantikan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2019-2024 pada Minggu, 20 Oktober 2019.

Enam orang itu berinisial SH, E, FAB, RH, HRS dan PSM. Mereka tergabung dalam sebuah grup WhatsApp untuk menyusun rencana menggagalkan pelantikan dengan menebar teror menggunakan bom rakitan.

Berdasarkan pemeriksaan, kelompok ini rencananya menggunakan bom berbentuk bola karet yang dilontarkan dengan ketapel ke Gedung DPR/DPD/MPR RI saat pelantikan Jokowi-Maruf Amin. Bom ini juga akan digunakan untuk menyerang aparat yang bertugas mengamankan saat pelantikan.

-
Barang bukti peluru bom yang dihadirkan dalam gelar perkara upaya menggagalkan pelantikan presiden dengan aksi teror di Polda Metro Jaya, Senin (21/10/2019). ANTARA/Fianda Rassat

"WhatsApp grup ini berkembang untuk perencanaan, makanya kita sudah menangkap enam orang, kita lakukan pemeriksaan," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Argo Yuwono di Jakarta, Senin (21/10).

Rekrut Orang dari Pengajian dan Penyebaran Hoaks

Otak pembuat grup Whatsapp yang beranggotakan 123 orang itu adalah SH (Samsul Huda). Ia juga berperan mencari dana untuk membeli perlengkapan peledak. Tersangka yang dipanggil Ustadz di grup itu diketahui kerap mencari anggota baru di sebuah pengajian. 

"Mereka dari grup-grup pengajian, ketemu, mencari orang-orang yang sepaham lalu dimasukin (grup)," kata Kanit IV Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKP Rovan Richard.

Para anggota grup itu akan terus-menerus dicekoki berita-berita hoaks dan ajakan menggagalkan pelantikan presiden. Hoaks yang digulirkan dalam grup itu antara lain komunis di Indonesia yang semakin berkembang, dilihat dari aksi unjuk rasa yang diamankan oleh personel Polri dari China.

-
Kombes Pol Argo Yuwono | ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Selain itu, menyebarkan informasi terkait tenaga-tenaga asing dari China yang mulai masuk ke Indonesia dan isu tentang pemerintah dikuasai China.

Gunakan Sandi Saat Berkomunikasi

Para tersangka kerap berkomunikasi melalui grup WhatsApp tersebut menggunakan sandi-sandi tertentu. Hal itu dilakukan agar percakapan dalam grup itu tidak mudah diketahui sembarang orang. Sandi tersebut hanya sebuah keyboard di ponsel yang ditekuk di tengah. 

"Misalnya, di keyboard ada huruf 'Q' maka para tersangka akan mengganti huruf 'Q' itu dengan huruf 'P', 'A' ketemu 'L' dan seterusnya," kata Kombes Pol Argo Yuwono.

-
Eggi Sudjana | ANTARA/Ricky Prayoga

Dalam kasus ini, pengacara Eggi Sudjana sempat diamankan tim penyidik Polda Metro Jaya pada 20 Oktober 2019. Penangkapan terhadap Eggi dilakukan karena yang bersangkutan terlibat dalam grup WhatsApp yang dibuat oleh SH tersebut. Salah satu anggota grup mengirimkan pesan pribadi kepada Eggi untuk menyumbang dana pembuatan bom.

“Saksi yang sudah kami periksa ada enam, termasuk juga Eggi Sudjana. Dia ada di dalam WA grup, dia ditawari mau buat bom hidrogen, mau nyumbang tidak? Tapi beliau tidak merespons," kata Argo.

Meski Eggi tak menjawab pesan tersebut, penyidik Polda Metro Jaya tetap mengamankan Eggi untuk dimintai keterangan. Setelah diperiksa, Eggi telah dipulangkan ke rumahnya oleh pihak kepolisian.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X