14 Tahun Berkuasa, Akhirnya Morales Mundur

- Senin, 11 November 2019 | 09:34 WIB
Presiden Bolivia Evo Morales saat berpidato pengunduran dirinya. (Reuters/Carlos Garcia Rawlins)
Presiden Bolivia Evo Morales saat berpidato pengunduran dirinya. (Reuters/Carlos Garcia Rawlins)

Presiden Bolivia terpilih Evo Morales akhirnya mengundurkan diri pasca kekacauan Pemilu Presiden (Pilpres) yang berujung kekerasan selama tiga minggu terakhir.

Pada Minggu (10/11), Pengawas Internasional menyerukan agar hasil pemilu dibatalkan, dengan mengatakan mereka telah menemukan "manipulasi yang jelas" dari Pemilihan Presiden 20 Oktober 2019.

-
Protes para pendemo. (Reuters/Manuel Claure)

Morales setuju dengan temuan pengawas Internasional tersebut dan mengumumkan niatnya untuk mengadakan pemilihan ulang setelah merombak badan pemilihan negara. Namun, para politisi dan pimpinan militer serta kepolisian mendesaknya untuk berhenti.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Morales mengatakan dia akan mengundurkan diri sebagai presiden, dan menyerukan ke para pedemo untuk berhenti menyerang sesama warga. 

"Saya mengundurkan diri dari jabatan saya sebagai presiden," kata Morales

Wakil Presiden, Alvaro Garcia Linera, dan Presiden Senat Adriana Salvatierra, juga mengikuti jejak Morales dengan ikut mengundurkan diri.

-
Para pendemo yang bersorak sorai usai Presiden Bolivia mengundurkan diri. (Reuters/Carlos Garcia Rawlins)

Dilansir dari laman BBC, setelah Morales mengumumkan pengunduruan dirinya, para pedemo yang berada di jalan langsung bersorak sorai dengan mengatakan, "ya kita bisa".

Sebagaimana diketahui, Morales merupakan presiden asli pertama Bolivia yang telah menjabat sejak 2006. Dia mencalonkan dirinya kembali untuk masa jabatannya yang keempat dalam pemilihan Oktober lalu. Namun, dalam pemilihan ini, Morales dituduh curang karena ada jeda waktu satu hari jelang pengumuman. 

Sebelumnya, negara-negara tetangga Bolivia, mengungkapkan keprihatinannya, dengan situasi politik di Bolivia. Situasi politik di negara tersebut telah mengalami kebuntuan setelah pemilihan yang disengketakan.

"Bagi Meksiko, demokrasi adalah satu-satunya cara dan mengganti proses ini dengan kekuatan dan kekerasan berarti kemunduran," kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan dilansir VOA Indonesia.

Artikel Menarik Lainnya

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X