Kekeringan Ekstrim Berpotensi Terjadi di Berbagai Daerah

- Kamis, 4 Juli 2019 | 09:00 WIB
Sejumlah anak mengambil air bersih dari sumur Keramatkasep di Kampung Oteng Pasir, Lebak, Banten, Selasa (2/7/2019) ( ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)
Sejumlah anak mengambil air bersih dari sumur Keramatkasep di Kampung Oteng Pasir, Lebak, Banten, Selasa (2/7/2019) ( ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Hasil monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) hingga tanggal 30 Juni 2019, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukan adanya potensi kekeringan meteorologis (iklim) di sebagian besar Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan kriteria panjang hingga ekstrim.

BMKG menetapkan kategori awas atau telah mengalami HTH lebih dari 61 hari dan prakiraan curah hujan rendah kurang dari 20 mm dalam 10 hari mendatang dengan peluang lebih dari 70 persen, dengan cangkupan wilayah di Jawa Barat (Bekasi, Karawang dan Indramayu).

Lalu, Jawa Tengah (Karanganyar, Klaten, Magelang, Purworejo, Rembang, Semarang, Semarang, dan Wonogiri), sebagian besar Jawa Timur, Yogyakarta (Bantul, Gunung Kidul, Kulonprogo, dan Sleman), Bali (Buleleng), Nusa Tenggara Timur (Sikka, Lembata, Sumba Timur, Rote Ndao, Kota Kupang, dan Belu) dan Nusa Tenggara Barat (Bima, Kota Bima, Lombok Timur, Sumbawa dan Sumbawa Timur).

Sedangkan untuk wilayah dengan kategori siaga, atau telah mengalami HTH lebih dari 31 hari dan prakiraan curah hujan rendah kurang dari 20 mm dalam 10 hari dengan peluang kurang dari 70 persen, yaitu Jakarta Utara dan Banten (Lebak, Pandeglang, dan Tangerang).

Dan daerah dengan kategori waspada atau telah mengalami HTH lebih dari 21 hari dan prakiraan curah hujan rendah kurang dari 20 mm dalam 10 hari dengan peluang kurang dari 70 persen, yaitu Aceh (Aceh Besar, Pidie dan Bireuen), Jambi (Merangin, Batanghari dan Bengkayang), Lampung (Way Kanan), Kalimantan Tengah (Pulangpisau), Kalimantan Barat (Bengkayang) dan 6. Sulawesi Selatan (Bantaeng, Selayar, dan Takalar).

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menegaskan hasil monitoring terhadap perkembangan musim kemarau menunjukkan berdasarkan luasan wilayah, 37 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau dan 63 persen wilayah masih mengalami musim hujan.

Ia menegaskan, musim kemarau tidak berarti tidak ada hujan sama sekali. Beberapa daerah diprediksikan masih berpeluang mendapatkan curah hujan. Namun, BMKG meminta masyarakat agar waspada dan berhati-hati terhadap kekeringan yang bisa berdampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan, pengurangan ketersediaan air tanah (kelangkaan air bersih) dan peningkatan potensi kemudahan terjadinya kebakaran.

Data BMKG menunjukan, wilayah yang telah memasuki musim kemarau meliputi Aceh bagian Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung, Pulau Jawa dan Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan bagian Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur bagian Selatan, Maluku, dan Papua bagian Selatan. 

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X