Harga Minyak Kembali Tergelincir, Ini Penyebabnya

- Jumat, 8 Mei 2020 | 10:16 WIB
Ilustrasi Pipa minyak mentah di Texas, AS. (REUTERS/Richard Carson)
Ilustrasi Pipa minyak mentah di Texas, AS. (REUTERS/Richard Carson)

Harga minyak dunia kembali tergelincir pada penutupan perdagangan Kamis (7/5/2020) atau Jumat (8/5/2020) WIB. Salah satu penyebabnya adalah kekhawatiran kelebihan pasokan, serta permintaan global yang menghapus kenaikan sebelumnya yang terlihat dari peningkatan harga jual minyak mentah resmi Arab Saudi dan lonjakan mengejutkan dalam ekspor Tiongkok pada bulan lalu.

Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 26 sen, atau 0,9 persen, menjadi US$29,46 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, kehilangan 44 sen, atau 1,8 persen, menjadi US$23,55 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (7/5/2020 atau Jumat (8/5/2020) pagi WIB.

Di awal sesi, Brent melesat lebih dari 5 persen dan WTI melambung lebih dari 10 persen. Untuk pekan ini, Brent masih naik sekitar 11 persen dan WTI menguat sekitar 18 persen. 

Kedua tolak ukur itu meningkat tajam pekan ini karena sejumlah negara mulai melonggarkan Lockdown terkait virus corona dan permintaan bahan bakar mencatat rebound moderat (Meningkat tipis). Produksi minyak di seluruh dunia juga menyusut untuk mengurangi kelebihan pasokan.

"Kita terus berada di pasar yang bergejolak dan penurunan harga kali ini tidak mengejutkan saya. Saya pikir ada beberapa aksi ambil untung," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, New York.

"(Berita harga) Saudi memberikan dukungan di awal sesi, tetapi kita masih memiliki hambatan signifikan dalam hal ekonomi, permintaan dan penyimpanan," kata Kilduff.

-
Ilustrasi Kilang Minyak (Reuters)

Persediaan minyak mentah AS di pusat penyimpanan Cushing di Oklahoma naik sekitar 407.000 barel dalam sepekan hingga 5 Mei, kata para pedagang mengutip data Genscape.

Klaim pengangguran AS, di sisi lain, terus meningkat, meski pada kecepatan yang lebih lambat dengan 3,2 juta orang mengajukan tunjangan pengangguran untuk pekan yang berakhir hingga 2 Mei. Angka terbaru itu menjadikan total klaim sekitar 33 juta sejak 21 Maret.

Analis Rystad Energy memproyeksikan permintaan minyak global akan merosot 10,9 persen pada 2020 menjadi 88,7 juta barel per hari (bph) dari sekitar 99,5 juta bph pada 2019. Pekan lalu, konsultan energi itu memperkirakan permintaan tahun depan rata-rata 88,8 juta barel per hari.

Harga minyak jauh lebih tinggi pada awal sesi menyusul laporan dari Arab Saudi tentang harga minyak mentah serta data impor dan ekspor di China.

Arab Saudi menaikkan harga jual resmi (OSP) untuk Juni setelah memotong ekspor Mei ke level terendah dalam hampir satu dekade menyusul kesepakatan produsen global untuk mengurangi output guna menopang harga.

"Itu kemungkinan terlihat sebagai indikasi kuat bahwa Saudi akan menindaklanjuti pemotongan pasokan yang disepakati pada pertemuan darurat OPEC +, 12 April," kata Harry Tchilinguirian, Kepala Riset BNP Paribas.

Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan produsen sekutunya - kelompok yang dikenal sebagai OPEC + - sepakat untuk memangkas produksi mulai 1 Mei sekitar 10 juta barel per hari guna membantu mendukung harga.

Di Tiongkok, sementara itu, impor minyak naik menjadi 10,42 juta barel per hari pada April dari 9,68 juta barel per hari di Maret, menurut perhitungan  Reuters  berdasarkan data bea cukai untuk empat bulan pertama 2020.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X