Pembunuh Pendeta Yeremia di Papua Diduga Anggota TNI, Komnas HAM Sebut Wakil Danramil

- Selasa, 3 November 2020 | 16:17 WIB
Pendeta Yeremia Zanamban (kiri) dan anggota TNI yang diduga menembaknya (kanan). (Istimewa)
Pendeta Yeremia Zanamban (kiri) dan anggota TNI yang diduga menembaknya (kanan). (Istimewa)

Pengungkapan kasus kematian Pendeta Yeremia Zanambani, yang tewas ditembak pada di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, pada 19 September 2020 lalu, mulai menemui titik terang.

Ternyata, penembak Pendeta Yeremia bukanlah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sebagaimana diberitakan pada awal kejadian tersebut, melainkan diduga anggota TNI aktif.

Merujuk hasil investigasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) serta tim independen kemanusiaan untuk Intan Jaya, terduga pelakunya adalah Wakil Danramil Hitadipa, Serka AHM.

Menurut hasil investigasi tim independen tersebut, penembakan terhadap pendeta Yeremia terjadi menyusul baku tembak antara KKB dengan anggota TNI yang menewaskan satu anggota TNI, di mana saat itu senjata milik TNI dibawa oleh KKB pada 17 September lalu.

Dari situ, TNI mengumpulkan warga Hitadipa, meminta agar senjata yang dibawa kabur KKB dikembalikan. Tak cuma sekali, pengumpulan warga itu dilakukan sedikitnya dua kali dalam rentang empat hari di lokasi yang berbeda, lantaran tidak ada satupun warga yang berhasil mengembalikan senjata tersebut.

Menurut Ketua Tim Kemanusiaan Provinsi Papua untuk Intan Jaya, Haris Azhar,  saat mengumpulkan warga, terdapat ancaman, di mana jika senjata itu tidak kembali, Distrik Hitadipa akan dibom.

Pada 19 September 2020, di lapangan depan kantor Koramil, warga kembali dikumpulkan. Sementara itu, Wakil Danramil, Serka AHM, ditugaskan untuk menjemput Melianus Wandagau, Kepala Suku Moni di Sugapa Lama, dan mengumpulkan warga di depan Gereja Imanuel 1.

Saat mengumpulkan warga di depan gereja itu, Alpius Hasim Madi disebut-sebut mulai menebar ancaman 

"Ada rasa takut yang menyebar di masyarakat. Karena mereka menganggap pendeta saja dibunuh, apalagi kami (warga biasa)," kata Haris dalam konferensi pers, seperti ditayangkan kanal YouTube Suara Papua TV.

Selanjutnya,Serka AHM bersama seorang rekannya mendatangi Pendeta Yeremia di kandang babi, di mana si pendeta dihabisi, sekita pukul 4 sore.

"Informasi yang mengerucutnya itu Alpius, anggota TNI yang ada di Koramil persiapan Hitadipa. Dan Alpius ini ditemani oleh satu orang yang kami tidak dapat namanya. Dua orang ini naik ke kandang babi, lokasi pendeta Yeremia berada. Ada pembagian tugas," jelas Haris.

Sebelum ditembak tangan kirinya, pendeta Yeremia sudah mengangkat tangan, sebagai tanda bahwa dia tidak akan melawan dan dia juga menyebut dirinya hamba Tuhan. 

Namun, ucapan pendeta Yeremia tidak digubris oleh dua anggota TNI itu, dan dia tetap ditembak. Setelah tersungkur, dia kemudian ditikam dengan pisau pada bagian badan belakangnya.

Malam harinya, karena cemas, istri pendeta Yeremia, Meriam Zoani atau akrab disapa Mama, menjemput Pendeta Yeremia ke kandang babi. Di sana, betapa terkejut dia melihat sang pendeta bersimbah darah.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X