Pemilik Media Sangat Berpengaruh pada Konten Penyiaran, Begini Faktanya

- Senin, 29 Juni 2020 | 17:19 WIB
Ilustrasi pengambilan gambar. (freepik/victor217)
Ilustrasi pengambilan gambar. (freepik/victor217)

Sejak beberapa tahun terakhir wajah pemberitaan media di Indonesia, khususnya televisi menjadi perhatian publik karena keberagaman atau diversity kontennya yang terbilang minim dan kian menurun. Ada beberapa faktor yang membuat hal ini bisa terjadi, salah satunya ialah pemilik atau owner media.

Doktor dari Universitas Melbourne, Australia, Hellena Souisa mengungkapkan, bahwa faktor pemilik menjadi salah satu penyebab adanya banyak atau sedikitnya keberadaan konten penyiaran yang disajikan. Gambaran inilah yang ditangkap dalam sebuah studinya pada periode tahun 2014 dan 2015.

"Saya punya tiga time point yang saya ambil. Time point 1, 26 Maret-9 April 2014, time point 2, 27 Juni-9 Juli 2014, dan time point 3, 15-29 Januari 2015," kata Hellena dalam sebuah diskusi virtual, Senin (29/6/29). 

Hellena menjelaskan bahwa, waktu yang dipilih dalam penelitian ini ketika itu berdekatan dengan momen penyelenggaraan Pilkada dan Pilpres. Serta pada 2015 tidak ada momen apapun atau kondisi biasa, sehingga bisa dilihat korelasi antara keberagaman konten yang disajikan tiap stasiun televisi.

Bahwa adanya dugaan pemilik media akan lebih banyak tampil dengan beragam kagiatan dalam siarannya terbukti.

"Tapi tren itu menarik, jadi menarik dan terbukti aja, menunjukkan bahwa berita-berita yang berurusan dengan owner di time point pertama itu kebanyakan yang berurusan dengan partai politik memiliki dirinya sendiri. Memang waktu itu menjelang pemilu legislatif," ujarnya.

Dia menambahkan, sedangkan pada time point kedua, menunjukkan bahwa berita yang terkait dengan pemilik saat itu adalah berita yang mendukung koalisinya masing-masing dan hal ini bisa dilihat dari sejumlah TV yang bersaing.

"Kita melihat bagaimana pertempuran Metro TV dan TV-TV lainnya," ujarnya.

Dikatakannya, jika pada momentum biasa atau tidak ada agenda apa-apa, maka pemerintah owner dalam televisi juga masih tetap ada. Sehingga hal ini berdampak pada minimnya keberagaman konten yang disajikan.

"Ketika nggak ada apa-apa, sebelum Pemilu legislatif dan pemilu presiden, Januari 2015. ketika nggak ada apa-apa bukan berarti enggak ada berita yang usahanya dengan ini ada, tapi lebih ke soal bisnis dia," imbuhnya.

"Berita-berita yang tulisannya bisnis, berita-berita advetorial yang sebetulnya soal grupnya dia juga, soalnya dia tanda tangan MoU, soalnya laba yang naik dan lainnya. Jadi ketika politik, dia ikut agenda Politik, ketik enggak Politik dia ikut agenda ekonomi," sambungnya.

Hellena pun menyoroti masih rendahnya tingkat diversity konten yang disajikan stasiun TV di Indonesia. Selain itu, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) juga dinilai tidak punya format untuk mengukur sejuah mana keberadaan tayangan oleh televisi nasional saat ini.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

X