Mantan Ajudan SBY Masuk Bursa Calon Kapolri Era Jokowi Versi IPW, Kok Bisa? Ini Alasannya

- Kamis, 11 Juni 2020 | 10:45 WIB
Rycko Amelza Dahniel semasa masih menjabat sebagai Kapolda Jawa Tengah. (ANTARA/Sumarwoto)
Rycko Amelza Dahniel semasa masih menjabat sebagai Kapolda Jawa Tengah. (ANTARA/Sumarwoto)

Indonesia Police Watch (IPW) telah mengantongi delapan nama calon kuat Kapolri yang bakal menggantikan Idham Azis, yang masa jabatannya masih enam bulan lagi.

Yang menarik, dari delapan calon yang dicatat IPW, ada nama Komjen Rycko Amelza Dahniel, yang saat ini menjabat Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri. Rycko tak lain adalah mantan ajudan Presiden SBY.

Selain menjadi ajudan SBY, Rycko juga pernah menjabat sebagai Kapolda Sumatera Utara (2016-2017), Gubernur Akpol (2017-2019), dan Kapolda Jawa Tengah (2019-2020). Ia merupakan lulusan terbaik Akpol angkatan 1988, dengan predikat Adhi Makayasa.

"Jika hal itu terjadi tentunya ini menjadi fenomena baru, tidak hanya di dalam dinamika kepolisian tapi juga dalam dinamika politik, dimana mantan ajudan Presiden SBY bisa menjadi Kapolri di era Presiden Jokowi," ujar Ketua IPW Neta S Pane dalam keterangan pers yang diterima Indozone.id, Kamis (11/6/2020).

Dari pendataan Indonesia Police Watch (IPW), kedelapan nama itu terdiri dari lima jenderal bintang tiga (komjen) dan tiga bintang dua (irjen), mulai dari lulusan Akademi Kepolisian tahun 1988 A hingga lulusan tahun 1991. 

Selain Rycko, ada nama Komjen Agus Andrianto (Kabaharkam), Komjen Boy Rafly Amar (Kepala BNPT), Komjen Sigit Sulistiyanto (Kabareskrim), dan Komjen Gatot (Wakapolri). 

Sedangkan untuk bintang dua ada Irjen Nana Sudjana (Kapolda Metro Jaya), Irjen Ahmad Lufti (Kapolda Jateng), dan Irjen Fadhil Imran (Kapolda Jatim). 

"Tiga nama jenderal bintang dua ini bisa masuk bursa calon Kapolri karena menjelang Idham Azis pensiun ada dua posisi jenderal bintang tiga yang bakal pensiun, yakni Kepala BNN dan Sestama Lemhanas," ujar Ketua IPW Neta S Pane dalam keterangan pers yang diterima Indozone.id, Kamis (11/6/2020).

Bahkan, jika menjelang 1 Juli ini posisi Kakorbrimob dijadikan bintang tiga, peluang jenderal bintang dua untuk masuk menjadi bintang tiga menjadi tiga posisi. Sebab keberadaan Kakorbrimob dengan pangkat Komjen sudah disetujui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan tinggal menunggu penetapan dan pelantikan saja.

Sesuai prosedur, nama-nama calon kapolri itu akan digodok oleh Dewan Kebijakan Tinggi (Wanjakti) Polri yang diketuai Wakapolri dan anggotanya Irwasum, Assisten SDM, dan Kadiv Propam. 

Nama nama yang digodok Wanjakti ini lalu diserahkan Kapolri kepada Presiden untuk dipilih, kemudian dilakukan uji kepatutan di Komisi III DPR. Selain itu, Kompolnas juga akan memberikan nama-nama calon Kapolri sebagai usulan kepada Presiden.

"Dalam bursa calon Kapolri kali ini, IPW melihat ada tiga kelompok yang menonjol, yakni Geng Solo terdiri dari jenderal-jenderal yang pernah bertugas di Solo; Geng Idham yang berisikan jenderal-jenderal yang dekat dengan Kapolri Idham Azis; dan Geng netral yang dekat dengan semua pihak," ujar Neta.

Yang menarik dalam dinamika teraktual di Polri, tiga kelompok yang sempat mendominasi putaran elite kekuasaan di Polri, saat ini sudah terkikis dan tersingkir dari putaran elite kekuasaan internal kepolisian tersebut, yakni Geng Syafruddin, Geng Tito, dan Geng BG. 

Dalam sejumlah mutasi di era Kapolri Idham Azis, kelompok Syafruddin dan Tito perlahan tapi pasti tersingkir dari putaran elite kekuasaan di kepolisian. Sementara Geng BG tersisi di luar lembaga kepolisian, meski mendapat pangkat menjadi jenderal bintang tiga. 

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X