Program Magang Vokasi Antar Kartini Cikawung Tapaki Karier di Bidang yang Dicintainya

- Rabu, 2 November 2022 | 07:30 WIB
Mila Rosanti merasakan manfaat magang vokasi (Istimewa)
Mila Rosanti merasakan manfaat magang vokasi (Istimewa)

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus mendorong kerja sama antara satuan pendidikan vokasi dengan dunia usaha, industri maupun kerja. Melalui sekolah menengah kejuruan (SMK) misalnya, saat pandemi Covid-19 lalu, pemerintah tetap memberi perhatian khusus pentingnya praktik kerja lapangan (PKL) atau magang melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 50 Tahun 2020. Peraturan ini mengatur tentang Praktik Kerja Lapangan bagi Peserta Didik yang dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan monitoring, serta evaluasi.

Bahkan, dalam Kurikulum Merdeka, siswa SMK diwajibkan magang hingga 6 bulan dari yang sebelumnya berkisar 2-3 bulan. Bukannya mengapa, selain memperoleh ilmu langsung dari industri, magang juga turut membawa penyesuaian budaya industri ke dalam lingkungan sekolah.

Salah satu dampak signifikan magang di industri tercermin melalui Mila Rosanti, sosok perempuan alumni SMK Industri Logam Situraja, Sumedang, yang begitu merasakan “kenyamanan” kala magang di PT Komatsu Indonesia.

-
Mila Rosanti saat bekerja (Istimewa)

Baca Juga: Keren! Gubernur Banten Perkenalkan Mobil Listrik Karya Siswa SMKN 4 Pandeglang

Tangis Pilu saat Lulus

Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, 15 Mei 2021. Mila Rosanti tidak dapat lagi menahan tangisnya. Padahal, dirinya baru saja dinyatakan lulus dari SMK Industri Logam Situraja, Sumedang, pada bulan yang sama.

Bukan tanpa sebab, dirinya yakin benar akan langsung bekerja usai lulus sekolah di tempat magangnya terdahulu, PT Komatsu Indonesia.

“Karena sebelum saya dinyatakan lulus, sudah ada panggilan dari PT Komatsu untuk bekerja di sana. Ketika saya sampaikan kepada orang tua, mereka amat begitu bahagia mendengar kabar tersebut,” ujar Mila.

Namun, hari itu, saat teman-temannya mendapat kabar via telepon genggam dari Komatsu, Mila dan dua orang temannya hanya bisa tertunduk lesu.

“Saya kecewa pada diri saya, orang tua juga sedih. Dari situ, saya berdiam diri di kamar beberapa hari karena harapan yang tinggi, namun tidak bisa tercapai,” ujarnya.

Puncak kesedihannya terjadi tiga hari kemudian, tepat di hari ulang tahunnya ke-18. Air mata sang dara kembali tertumpah.

“Mereka (teman-teman yang dipanggil bekerja) jadi ikut menangis melihat saya. Mereka mengucapkan, ‘Selamat ulang tahun, dan see you Mila. Kita tunggu kamu di sana, semangat terus,” kenang Mila.

Tak mau larut dalam duka, Mila mulai menjalankan kehidupan sehari hari. Bukan sebagai pengangguran, bermodalkan Rp100 ribu dirinya berjualan makanan ringan yang dimasaknya sendiri dengan sebutan “Cemilan Demila”. Tak hanya itu, sambil berjualan dirinya juga bertanggung jawab untuk mengasuh dan menjaga bayi (anak kakak).

“Saya juga berjualan via online. Setelah kakak pulang mengajar, saya langsung menyiapkan pesanan dan langsung mengantar ke pembeli. Omzet saya sehari bisa Rp100-200 ribu. Meski, terkadang di dalam benak saya masih memikirkan tentang bekerja di PT Komatsu,” tuturnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X