Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai NasDem, Wibi Andrino, meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk mengkaji ulang penggunaan sekolah sebagai tempat karantina pasien terinfeksi virus corona (covid-19) di DKI Jakarta.
Dia termasuk yang menolak dengan tegas usulan sekolah jadi tempat karantina, sebab dianggap akan meresahkan dan akan membuat polemik di masyarakat.
"Akan menimbulkan traumatis tersendiri serta letak sekolah yang berdekatan dengan lingkungan warga menjadi polemik, ketakutan tersendiri bagi masyarakat," kata Wibi di Jakarta, Selasa (2/5/2020).
Menurut Wibi, masyarakat resah karena takut tertular corona dan jumlah kasus dikhawatirkakan meningkat jika sekolah dijadikan tempat isolasi. Mengingat tak ada sekolah yang berjauhan dengan permukiman, kerena itu Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta harus mencari tempat lain.
Dia menambahkan, masih banyak gedung lain di Jakarta untuk mengisolasi pasien terinfeksi virus korona. Syaratnya, fasilitas itu harus jauh dari masyarakat. Pemprov diminta tak hanya memikirkan pasien terinfeksi virus korona saja.
"Psikologi masyarakat pun perlu diperhatikan," ujarnya.
Pemprov DKI, sambung dia, juga harus mempelajari cara negara lain melakukan langkah serupa. Pembelajaran itu diperlukan untuk mengatur strategi penanganan virus corona di Jakarta.
"Harusnya kajian dan pencarian akan lokasi yang tepat untuk orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), dan pasien positif ini jauh lebih bijak," tuturnya.
Rencana gedung sejumlah sekolah di Ibu Kota menjadi tempat karantina untuk Covid-19 sempat disampaikan Pemprov DKI lewat instansi terkait, yakni Dinas Kesehatan (Dinkes).
Sementara itu, Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengatakan angka kasus Covid-19 yang berangsur turun beberapa hari terakhir di wilayahnya. Namun, tidak boleh diartikan permasalahan dan upaya pencegahan Covid-19 telah usai.