Harga Impor Naik, Dirjen Perdagangan Jamin Stok Kedelai Cukup Untuk Kebutuhan Nasional

- Minggu, 31 Januari 2021 | 22:16 WIB
Pekerja membuat tahu di Semanan, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk olahan dari kedelai yaitu tahu dan tempe mengalami inflasi pada Desember 2020 menyusul kenaikan harga kedelai di pasar global, yaitu sebesar 0,06 perse
Pekerja membuat tahu di Semanan, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk olahan dari kedelai yaitu tahu dan tempe mengalami inflasi pada Desember 2020 menyusul kenaikan harga kedelai di pasar global, yaitu sebesar 0,06 perse

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Syailendra menegaskan bahwa stok kedelai sampai saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional.

Kementerian Perdagangan pun menjamin kedelai akan selalu tetap tersedia dan industri tahu dan tempe akan terus berproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di tengah kenaikan harga kedelai impor.

“Kenaikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe tersebut merupakan dampak pergerakan harga kedelai dunia sejak pertengahan tahun lalu hingga sekarang,” kata Syailendra dilansir dari ANTARA, Minggu (31/1/2021).

Bersumber dari Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada Desember 2020 masih sebesar 13,12 dolar AS/bushels untuk penyediaan pada Januari 2021. 

Pada saat ini, harganya telah naik 4,42 persen menjadi 13,7 dolar AS/bushels untuk penyediaan kedelai pada Februari. Meski demikian, diharapkan harga kedelai dunia dapat segera terkoreksi menurun pada periode selanjutnya.

Menurut Syailendra, saat ini harga kedelai impor di tingkat pengrajin tahu dan tempe secara umum berada di kisaran Rp9.100/kg sampai dengan Rp9.200 per kg. 

Adapun harga kedelai impor pada Februari diperkirakan menjadi berkisar Rp9.500 per kg di tingkat pengrajin tahu dan tempe.

Selain itu, akan dapat terjadi penyesuaian kembali harga tahu yang sebelumnya Rp600 per potong menjadi berkisar Rp650 per potong dan harga tempe yang sebelumnya Rp15.000 per kg menjadi berkisar Rp16.000/kg.

Syailendra menambahkan, terjadi kenaikan harga kedelai dunia yang mencapai 30 persen sebelumnya, mulai paruh kedua tahun lalu hingga akhir 2020.

Hal itu berdampak pada penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar yang naik menjadi rata-rata 20 persen, mengingat kedelai memberikan kontribusi yang cukup besar sebagai bahan baku produksi tahu dan tempe.

“Penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Sebabnya, mayoritas kebutuhan kedelai Indonesia masih dipenuhi melalui impor dan dipengaruhi pergerakan harga kedelai dunia yang berdampak pada harga bahan baku kedelai untuk tahu dan tempe di Indonesia,” ujar Syailendra.

Selanjutnya, Kemendag akan memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia baik ketika terjadi penurunan ataupun kenaikan harga, guna memastikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe serta harga tahu dan tempe di pasar masih pada tingkat yang wajar.

Syailendra juga mengimbau para importir yang memiliki stok kedelai untuk terus memasok kedelai secara kontinyu kepada pengrajin tahu dan tempe anggota Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), baik di Puskopti provinsi maupun Kopti kabupaten/kota seluruh Indonesia.

“Diharapkan produksi tahu dan tempe tetap terus berjalan dan masyarakat masih tetap mendapatkan tahu dan tempe dengan harga terjangkau,” pungkas Syailendra.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X