Susi Pudjiastuti Banjir Air Mata Lihat Kebijakan Pemerintah Izinkan Ekspor Benih Lobster

- Senin, 27 Juli 2020 | 16:35 WIB
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. (ANTARA/HO-KKP)
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. (ANTARA/HO-KKP)

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti merasa kecewa dengan kebijakan pemerintah yang mengizinkan ekspor benih lobster.

Saking terlukanya Susi melihat kebijakan pemerintah saat ini, dia sampai meneteskan air mata berkali-kali.

Dalam diskusi Rembug Nasional Muhammadiyah: Ancaman Atas Kedaulatan Sumber Daya Laut, Jumat (24/7/2020), Susi mengatakan bahwa keputusan Menteri KP, Edhy Prabowo yang mengizinkan ekspor bibit lobster akan berdampak buruk pada ekosistem laut.

Benih lobster kata Susi, adalah plasma nutfah yang harus dijaga bukannya malah diperjualbelikan.

"Mereka adalah plasma nutfah. Agama dan negara harus lindungi karena itu keberlanjutan kita sebagai manusia. Di negeri kita tidak ada kepedulian itu. Pak Busyro (Pimpinan Pusat Muhammadiyah), saya menangis karena saya tau," ungkap Susi sambil menyeka air mata.

Susi dalam kesempatan itu juga menjelaskan, dulu di Pangandaran, produksi lobster bisa mencapai 2 ton. Sedangkan produksi ikan bisa sampai 30 ton sehari.

-
Susi Pudjiastuti. (instagram/@susipudjiastuti115)

"Di Pangandaran dulu (produksi) lobster 2 ton, ikan 30 ton sehari. (Sekarang) di tengah laut ikannya diambilin, bibit lobsternya diambilin, ya hilang. Kita mau kemana?" sambungnya.

Susi menegaskan, di dunia, hanya Indonesia lah yang memperboleghkan ekspor bibit lobster. Dia menambahkan, lobster boleh dijual jika ukurannya minimal 200 gram.

Dia pun membandingkan dengan Australia, yang hanya memperbolehka menjual lobster berukuran 455 gram dan hanya boleh lobster jantan. Lobster betina di Australia akan dibiarkan bertelur.

Susi menambahkan, saat lobster diperbolehkan ekspor, harga jualnya hanya Rp5 ribu per ekor. Nominal ini jauh berbeda, saat masa kepemimpinannya, di mana harga jual bisa mencapai Rp60 ribu per ekor.

Selain itu, Susi juga mengkritik kebijakan sistem kuota yang diterapkan kepada nelayan. Mereka melakukan pendataan kepada nelayan yang ingin menangkap benih lobster. Sistem ini membuat banyak perusahaan ekspror baru, yang bisa berafiliasi dengan partai dan pejabat tinggi.

Dibukanya izin ekspor lobster, membuat negara lain seperti Vietnam merasa untung. Kesuksesan Vietnam dalam hal budidaya lobster, membuatnya jadi salah satu negara eksportis lobster dunia, yang bibitnya berasal dari Indonesia.

-
Menkeu Sri Mulyani, Menteri KP Susi Pudjiastuti, dan Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi saat Konpers Penyelundupan Benih Lobster. (Dok Foto: Humas Bea Cukai)

"Saya terus terang tidak setuju dengan perdagangan sistem kuota karena tidak akan ada keadilan dan akses publik akan menjadi terbatas. Lobster ini jadi masalah, karena Vietnam berbudidaya lobster, mereka perlu ikan ruca buat makan. Ikannya dari mana? Dengan illegal fishing mereka di Natuna karena di Vietnam tidak boleh, jadi mereka masuk ke Natuna untuk kasih makan lobster yang dibeli dari kita," sambungnya.

Meskipun kecewa, Susi tidak tau harus memperjuangkan isu ke mana, lantaran ia sudah tak punya kuasa. Kebijakan pemerintah yang mengatakan jika benih losbter tidak dijual akan mati, adalah salah kaprah. Karena menurut Susi, ikan butuh ikan lainnya untuk bertahan hidup.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X