Permintaan Berangsur Naik, Harga Minyak Melambung 4 Persen

- Senin, 18 Mei 2020 | 09:06 WIB
Ilustrasi kilang minyak. (Foto: Unsplash/Patrick Hendry)
Ilustrasi kilang minyak. (Foto: Unsplash/Patrick Hendry)

Harga minyak melonjak lebih dari US$1 per barel, Senin (18/5/2020), ke level tertinggi dalam lebih dari sebulan. Hal ini didukung penurunan produksi yang berkelanjutan yang dilakukan para produsen minyak di dunia.

Selain itu, terlihat pula tanda-tanda pemulihan bertahap dalam permintaan bahan bakar, karena lebih banyak negara melonggarkan pembatasan yang diberlakukan untuk menghentikan penyebaran pandemi virus corona.

Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melesat US$1,34, atau 4,1%, menjadi US$33,84 per barel pada pukul 07.44 WIB, setelah menyentuh tingkat tertinggi sejak 13 April, demikian laporan Reuters, di Singapura, Senin (18/5/2020).

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melejit US$1,40, atau 4,8%, menjadi US$30,83 per barel, level tertinggi dalam sembilan pekan atau sejak 16 Maret.

Kontrak WTI Juni akan berakhir Selasa, tetapi ada sedikit tanda WTI mengulangi kejatuhan bersejarah di bawah nol yang terlihat bulan lalu pada malam berakhirnya kontrak Mei di tengah sinyal bahwa permintaan minyak mentah dan bahan bakar pulih dari titik nadirnya.

Produksi juga menyusut karena perusahaan-perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak dan gas bumi yang beroperasi ke level terendah sepanjang masa untuk pekan kedua berturut-turut. Itu sebagian membantu meredakan kekhawatiran tentang pusat pengiriman kontrak WTI di Cushing, Oklahoma, kehabisan ruang penyimpanan.

Suasana yang positif itu diperkuat ketika Chairman Federal Reserve Jerome Powell mengeluarkan pandangan optimistis untuk pemulihan ekonomi akhir tahun ini.

"Dengan asumsi tidak ada gelombang kedua dari virus corona, saya pikir kita akan melihat perekonomian pulih pada semester kedua tahun ini," kata Powell.

-
Pekerja beraktivitas di kawasan kilang PT TPPI di Tuban Jawa Timur. (Foto: ANTARA/M Ibnu Chazar)

Juga mendukung harga minyak adalah pengurangan produksi oleh Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +.

Eksportir terbesar dunia, Arab Saudi, pekan lalu mengumumkan akan memotong tambahan 1 juta barel per hari pada Juni, sementara OPEC + ingin mempertahankan pengurangan minyak yang ada setelah Juni ketika kelompok itu akan menghadiri pertemuan berikutnya.

Kuwait dan Arab Saudi sepakat untuk menghentikan produksi minyak dari ladang bersama Al-Khafji selama satu bulan, mulai dari 1 Juni, surat kabar Kuwait, Al Rai, melaporkan pada Sabtu.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X