Kisah Yazid, Si Peneliti Obat Kanker Dari Tanaman Bajakah

- Senin, 19 Agustus 2019 | 14:15 WIB
ANTARA/Abdu Faisal
ANTARA/Abdu Faisal

Yazid Rafli Akbar (16) siswa SMA menyalami Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy setelah diganjar penghargaan saat upacara HUT Ke-74 Republik Indonesia di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Senayan Jakarta, Sabtu kemarin.

Yazid bersama dua orang kakak kelasnya, Anggina Rafitri (17) dan Aysa Aurealya Maharani (17) adalah siswa dari SMA Negeri 2 Palangka Raya yang belakangan ini menjadi perbincangan publik karena berhaisl menemukan obat kanker dari tanaman bajakah.

Mereka diberikan piagam penghargaan karena karya ilmiah mereka berjudul "Bajakah Tunggal, The Cancer Medicine from Nature" meraih medali emas di bidang Life Sciences pada ajang World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan, selama 25-27 Juli 2019.

-
ANTARA/Abdu Faisal

 

Anggina mengungkapkan bahwa ide menggunakan kayu bajakah untuk pengobatan kanker adalah tradisi turun temurun keluarga besar Yazid.

“Inspirasi dari neneknya Yazid yang menggunakan kayu Bajakah turun-temurun. Nenek Yazid menderita kanker payudara, tetapi setelah mengonsumsi kayu Bajakah, sembuh sampai sekarang,” kata Anggina.

Kepala SMA Negeri 2 Palangka Raya M. Mirazulhaidi menyatakan bahwa ia bangga dengan prestasi siswa-siswanya. Terlebih saat merekan bertiga diundang langsung oleh Kemendikbud.

Mirazulhaidi menambahkan bahwa ketiga siswanya itu adalah anggota kegiatan ekstrakurikuler mingguan yang diadakan di sekolah dengan bimbingan Helita Gusran.

-
ANTARA/Abdu Faisal

 

“Sekolah ikut memfasilitasi (penelitian, red.). Misalnya uji laboratorium Universitas Lambung Mangkurat (ULM), biar mereka yakin benar mereka anak SMA Negeri 2 ya dengan surat dari kami, baru universitas percaya,” ungkapnya.

Dengan bimbingan para guru, mereka mulai melakukan penelitian dengan uji pendahuluan di laboratorium sekolah pertengahan tahun 2018. Penelitian lalu dilanjutkan dengan uji sampel menggunakan dua tikus kecil yang sudah disuntikan zat pertumbuhan sel tumor atau kanker.

Setelah sel kanker berkembang di dalam tubuh tikus, mereka lalu mencoba memberikan penawar dengan dua jenis yang berbeda. Satu tikus diberikan air rebusan yang berasal dari Bajakah berhasil bertahan hidup, sedangkan yang lainnya mati.

Setelah berhasil, awal Mei 2019 penelitian mereka dilanjutkan dengan memeriksa kadar kayu Bajakah lewat uji laboratorium. Pengujian kali ini bekerja sama langsung dengan pihak laboratorium Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Hasil tes dari pengujian ini kemudian diikutsertakan dalam ajang kompetisi yang diadakan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada Mei 2019. Dalam ajang tersebut, mereka memaparkan berbagai bukti yang telah mereka peroleh dari hasil pengujian.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X