Taliban Resmi Kuasai Afghanistan, Tak Ada Suara Musik Terdengar

- Rabu, 1 September 2021 | 11:21 WIB
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid berbicara kepada unit militer Badri 313 di bandara Kabul, Afghanistan. (REUTERS)
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid berbicara kepada unit militer Badri 313 di bandara Kabul, Afghanistan. (REUTERS)

Sebelum pasukan AS terakhir meninggalkan Kabul pada Senin (30/8) tengah malam, banyak pemandangan mencolok dan suara kehidupan kota di Afghanistan bahkan mulai berubah.Mereka berusaha menyesuaikan diri dengan gaya tegas pemerintah baru mereka. 

Taliban sejauh ini telah berusaha menunjukkan wajah yang lebih menenangkan kepada dunia. Tak ada hukuman keras dipertontonkan di depan publik dan tak ada larangan menggelar hiburan rakyat seperti yang mereka terapkan saat berkuasa dulu.

Kegiatan budaya diperbolehkan, sejauh tidak melanggar hukum Syariat dan budaya Islam Afghanistan. Reklame warna-warni di depan salon-salon kecantikan sudah dicat ulang, jeans telah diganti dengan pakaian tradisional, dan stasiun radio dilarang memutar musik dan suara penyiar perempuan.

"Bukan karena Taliban memerintahkan kami mengubah apa pun, kami mengganti program sekarang karena kami tidak ingin Taliban memaksa kami berhenti siaran," kata Khalid Sediqqi, produser stasiun radio swasta di Kota Ghezni, dikutip dari Reuters, Rabu (1/9).

"Lagi pula tak seorang pun di negara ini berminat mencari hiburan, (karena) kami semua sedang syok," sambungnya.

Selama 20 tahun hidup di bawah pemerintah dukungan Barat, budaya populer tumbuh di Kabul dan kota-kota lain yang diwarnai kemunculan tempat kebugaran, minuman berenergi, gaya rambut kekinian dan lagu-lagu pop yang berdencing-dencing. Bagi petinggi Taliban perubahan itu dianggap sudah melampaui batas.

"Budaya kami telah teracuni, kami melihat pengaruh Rusia dan Amerika di mana saja bahkan pada makanan yang kami santap, sesuatu yang harus disadari oleh masyarakat dan perlu diubah," kata seorang komandan Taliban.

Meski petinggi Taliban berulang kali mengatakan pasukan mereka harus menghormati penduduk dan tidak sembarangan menghukum, banyak warga tidak percaya mereka mampu mengendalikan anggota-anggota yang ada di bawah.

"Tak ada musik di seluruh Kota Jalalabad, orang ketakutan dan khawatir dipukul Taliban," kata Naseem, mantan pejabat di provinsi timur, Nangarhar.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Zega

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X