Taliban Izinkan Hiburan Musik Budaya dan Patriotik, Asal Tidak Melanggar Syariat

- Selasa, 31 Agustus 2021 | 17:58 WIB
Siswa sekolah musik berlatih di pusat pendidikan dan budaya di Kabul, Afghanistan, 7 Maret 2014. (ANTARA/Reuters)
Siswa sekolah musik berlatih di pusat pendidikan dan budaya di Kabul, Afghanistan, 7 Maret 2014. (ANTARA/Reuters)

Pasca dikuasai oleh Taliban beberapa waktu lalu hingga penerbangan terakhir AS meninggalkan Kabul pada Senin (30/8/2021) tengah malam, banyak pemandangan mencolok dan suara kehidupan kota di Afghanistan bahkan mulai berubah. Termasuk beberapa tatanan baru yang dimulai para petinggi Taliban.

Mengutip Antara, warga Afghanistan yang masih berada di negara itu berusaha menyesuaikan diri dengan gaya tegas pemerintah baru.

Taliban sejauh ini telah berusaha menunjukkan wajah yang lebih menenangkan kepada dunia.

Tak ada hukuman keras dipertontonkan di depan publik dan tak ada larangan menggelar hiburan rakyat seperti yang mereka terapkan saat berkuasa dulu, sebelum digulingkan pasukan Sekutu pada 2001.

Kegiatan budaya diperbolehkan, kata mereka, sejauh tidak melanggar hukum Syariat dan budaya Islam Afghanistan.

Otoritas Taliban di Kandahar, kota kelahiran gerakan itu, menerbitkan perintah formal pekan lalu yang melarang stasiun radio memutar musik dan suara penyiar perempuan. Namun bagi kebanyakan orang, perintah formal tidak mereka perlukan.

Baca Juga: Tragis! Wanita Muda Ini Dibunuh di Jalan karena Menolak Menikah dengan Sepupunya

Reklame warna-warni di depan salon-salon kecantikan sudah dicat ulang, jeans telah diganti dengan pakaian tradisional, dan stasiun radio mengubah menu siaran mereka dengan musik pop Hindi dan Persia, serta musik patriotik yang muram.

"Bukan karena Taliban memerintahkan kami mengubah apa pun, kami mengganti program sekarang karena kami tidak ingin Taliban memaksa kami berhenti siaran," kata Khalid Sediqqi, produser stasiun radio swasta di Kota Ghezni.

"Lagi pula tak seorang pun di negara ini berminat mencari hiburan, (karena) kami semua sedang syok. Saya malah tak yakin ada orang yang menyalakan radio sekarang," kata dia.

Selama 20 tahun hidup di bawah pemerintah dukungan Barat, budaya populer tumbuh di Kabul dan kota-kota lain yang diwarnai kemunculan tempat kebugaran, minuman berenergi, gaya rambut kekinian dan lagu-lagu pop yang berdencing-dencing.

Opera sabun dari Turki, program siaran panggilan di radio, dan pertunjukan bakat di televisi seperti 'Bintang Afghan' menjadi kegemaran masyarakat.

Bagi petinggi Taliban, yang banyak dibesarkan di madrasah dan mengalami tahun-tahun yang sulit akibat peperangan, perubahan itu dianggap sudah melampaui batas.

"Budaya kami telah teracuni, kami melihat pengaruh Rusia dan Amerika di mana saja bahkan pada makanan yang kami santap, sesuatu yang harus disadari oleh masyarakat dan perlu diubah," kata seorang komandan Taliban.

Halaman:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

X