Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, menilai pasangan yang tidak mau punya anak atau wanita yang tidak mau menjadi ibu merupakan sikap hedonis dan egois.
"Memilih tidak mau menjadi ibu merupakan sikap hedonis, egoistis, dan tidak bertanggung jawab terhadap masa depan generasi dan regenerasi suatu bangsa dan keberlangsungan kehidupan umat manusia," ujar Abdul Mu'ti dalam keterangannya, Senin (16/8/2021).
Abdul mengatakan bahwa menikah, berkeluarga dan punya anak adalah fitrah manusia dan merupakan sunnah nabi jika dilihat dari perspektif Islam.
"Di dalam Islam, berkeluarga merupakan sunnah nabi dan bagian dari proses regenerasi dan membangun masyarakat yang kuat. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang berkeluarga dan memiliki anak hidupnya lebih tenang dan berbahagia," katanya.
Fenomena pasangan yang tidak mau punya anak, menurutnya telah menimbulkan masalah di beberapa negara seperti Jepang dan negara Skandinavia.
"Jadi, walaupun tidak punya anak dan tidak menikah merupakan pilihan pribadi, tapi dalam jangka panjang bisa menjadi masalah sosial bagi bagi yang bersangkutan maupun negara," pungkasnya.
Sementara itu, Komnas Perempuan mengatakan bahwa memiliki atau tidak memiliki anak adalah hak asasi wanita yang harus dihormati.
Komisioner Komnas Perempuan, Rainy Hutabarat mengatakan pemaksaan kehamilan adalah kekerasan terhadap wanita.
"Tubuh perempuan bukanlah milik laki-laki atau keluarga pihak laki-laki dan tujuan pernikahan bukanlah semata reproduksi. Pemaksaan kehamilan merupakan bentuk kekerasan seksual terhadap perempuan," ujar Rainy Hutabarat.
Rainy menegaskan bahwa seorang wanita memiliki hak penuh atas tubuh dan rahimnya. Keputusan memiliki anak atau tidak harus berdasarkan kesepakatan, bukan pemaksaan.
"Mereka menjadi pasangan yang dewasa dan tua bersama di dalam kasih sayang walau tak memiliki anak. Perlu diingat juga, ada pasangan suami-istri yang tak memiliki anak karena mengalami hambatan kesehatan," paparnya.
