Pilu Mudik Dilarang, Jeritan Suara Sopir Menahan Tangis Bacakan Surat Terbuka ke Presiden

- Minggu, 2 Mei 2021 | 14:58 WIB
Pilu suara hati sopir angkutan saat kebijakan dilarang mudik. (Is)
Pilu suara hati sopir angkutan saat kebijakan dilarang mudik. (Is)

Seorang sopir melalui sebua video yang viral dibagikan di media sosial membacakan surat terbuka kepada Presiden RI Joko Widodo dengan menyampaikan suara hatinya yang takut tidak bisa memberi makan anak istrinya.

Surat terbuka itu menyusul penutupan pintu keluar masuk Provinsi yang membatasi antara Riau dan Sumut mulai 6-17 Mei yang dinilai untuk membatasi penyebaran Covid-19.

Namun kebijakan ini dinilai tidak adil, karena mematikan pencarian para supir yang menggantungkan mata pencarian mereka dari moda transportasi.

Seorang sopir dari dalam kabin mobilnya sambil berkaca-kaca menahan tangis membacakan surat terbuka itu kepada penguasa negeri ini mulai dari Presiden hingga mereka yang duduk di kursi DPR/MPR.

Suara jerita sopir itu dibagikan dalam sebuah video oleh akun Facebook Riky YangTidak Berdosa.

Berikut ini surat terbuka mereka:

Wahai penguasa negeri ini. Kami memohon kepada bapak presiden, Bapak Gubernur, Bapak Wali Kota, Bapak Bupati, Bapak-bapak yang duduk di kursi DPR/MPR, serta semua yang jadi penguasa negeri ini.

Apakah kalian sudah memikir ulang dengan menutup pintu keluar masuk provinsi? yang secara tidak langsung membunuh mata pencaharian kami.

Jangan biarkan anak-anak kami menangis pilu saat anak kalian tertawa gembira, jangan biarkan kami kelaparan saat kalian terlelap tidur karena kekenyangan.

Karena anak istri berikut kredit mobil dan semuanya tidak ditanggung oleh negara. Kenapa harus kami yang dikorbankan karena ketakutan kalian yang tidak sama sekali kami takuti.

Yang kami takuti apabilan anak dan istri kami mati kelaparan karena tidak makan pak. Siapa yang mau bertangung jawab?

Padahal kamu kan beragama, kalian beragama dan Allah menyuruh kami bertanggung jawab untuk anak dan istri kami. Itu yang kami bertanggung jawabkan di akhirat nanti.

Kenapa kami selalu dihadapkan dengan aparat hukum, dibentak, dihardik, seakan kami ini teroris, padahal kami ini pejuang dan pahlawan bagi keluarga kecil kami pak.

Di saat kalian bebagi THR, kami hanya bisa berkata apakah esok hari anak-anak kami besok bisa makan? Apakah kalian merasakan di saat semua orang tidur nyenyak, ada seorang supir yang tetap terbangun dan bekerja menafkahi keluarganya demi memberikan kehidupan yang layak untuk anak istri.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X