Ungkit HAM Papua, Mengejutkan Pernyataan Benny Wenda Respon Ulang Tahun OPM 1 Desember

- Selasa, 1 Desember 2020 | 16:56 WIB
Ketua United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), Benny Wenda. (Twitter/Benny Wenda)
Ketua United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), Benny Wenda. (Twitter/Benny Wenda)

Benny Wenda pemimpin Serikat Gerakan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP) mengeluarkan pernyatan mengejutkan saat perayaan ulang tahun Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang jatuh pada 1 Desember.

Dalam akun Twitternya Benny Wenda mengungkit aksi kekerasan berujung peristiwa pembunuhan yang terjadi di tanah Papua. 

"PBB "terusik dengan meningkatnya kekerasan termasuk pembunuhan" di #WestPapua menjelang peringatan 1 Desember pengibaran bendera (Bintang Kejora) #MorningStar," tulis Benny dalam akun Twitternya seperti yang dikutip INDOZONE, Selasa (1/12/2020).

Sebelumnya dia juga menyinggung soal bentrokan yang terjadi antara TNI dengan para pejuang papua yang disebut kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang tidak hanya mengakibatkan korban di kedua belah pihak.

"Sungguh menyedihkan hati saya melihat orang-orang saya terus dibantai secara brutal oleh #IndonesianSecurityForces seperti ini. Berapa banyak lagi dari kita yang harus mati sebelum dunia membantu kita?," sebut Benny.

"Cukup sudah CUKUP. Kami sangat membutuhkan dukungan internasional," katanya lagi.

Sementara itu Benny juga menautkan pernyatan dari Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia (OHCRH) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pernyataan itu menyebutkan kalau organisasi tersebut merasa terganggu dengan meningkatnya kekerasan beberapa minggu belakangan ini di Papua dan Papua Barat.

“Kami terganggu dengan meningkatnya kekerasan selama beberapa minggu dan bulan terakhir ini di provinsi Papua dan Papua Barat, serta meningkatnya risiko ketegangan dan kekerasan baru,” kata Ravina Shamdasani, juru bicara Kantor Dewan HAM PBB dalam pernyataannya yang disampaikan pada 30 November 2020.

Dalam satu insiden pada 22 November, katanya, seorang remaja berusia 17 tahun ditembak mati dan seorang remaja berusia 17 tahun lainnya terluka dalam baku tembak oleh polisi. Mayat ditemukan di gunung Limbaga, distrik Gome di Papua Barat.

Sebelumnya, pada September dan Oktober 2020, ada rangkaian pembunuhan yang meresahkan setidaknya 6 individu, termasuk aktivis dan pekerja gereja, serta warga non-pribumi. Sedikitnya dua anggota pasukan keamanan juga tewas dalam bentrokan itu.

Menurut Ravina, investigasi yang dilakukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menemukan seorang pekerja gereja atas nama pendeta Yerimia Zanambani, dari Gereja Injili Protestan.

Mungkin telah dibunuh oleh anggota pasukan keamanan, dan bahwa pembunuhannya hanyalah salah satu “dari serangkaian kekerasan yang terjadi di seluruh daerah itu sepanjang tahun ini,” jelasnya.

“Kami juga telah menerima banyak laporan tentang penangkapan. Setidaknya 84 orang, termasuk Wensislaus Fatuban, seorang pembela hak asasi manusia terkenal dan penasihat hak asasi manusia untuk Majelis Rakyat Papua (MRP) dan tujuh anggota staf MRP ditangkap dan ditahan pada 17 November pihak keamanan di Kabupaten Merauke, Papua.”

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X