Polemik PKI Dinilai Hanya Kuras Tenaga Anak Bangsa

- Rabu, 30 September 2020 | 01:38 WIB
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Letjen TNI ! Purn) Agus Widjojo (Foto: ANTARA)
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Letjen TNI ! Purn) Agus Widjojo (Foto: ANTARA)

Peristiwa Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan G30S/PKI menjadi sejarah kelam Bangsa Indonesia.

Peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965 itu menewaskan tujuh jenderal Tanah Air masa itu dalam sebuah kudeta yang dulakukan Komunisme.

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Letjen TNI (purn) Agus Widjojo menilai polemik tentang komunisme atau PKI terus menguat setiap tahun jelang 30 September. Sehingga hal itu hanya menguras serta mengorbankan tenaga dan pikiran generasi muda Bangsa.

"Bahwa wabah kebangkitan komunisme sulit tidak diakui untuk hadir setiap tahun menjelang tanggal 30 September atau 1 Oktober. Karena kemunculan berulang pada saat yang tetap itu, sulit dipungkiri bahwa isu tersebut sengaja dimunculkan untuk kepentingan politik," kata Agus seperti dilansir ANTARA di Jakarta, Selasa (29/9/2020).

Generasi muda bangsa dikatakan Agus seharusnya bisa memberikan tenaganya untuk efektivitas usaha pembangunan nasional.

Namun, diakui Agus jika sejarah tentang PKI atau komunisme tidak bisa dihilangkan karena berhubungan dengan pikiran orang yang sulit untuk ditebak.

Bahkan, ada juga pengalaman perseorangan tentang PKI sehingga membuat tulisan, memoar buku, atau mengadakan pertemuan dengan teman senasib pada zaman dulu.

Di samping itu, ada juga yang menganggap dirinya anti-PKI merasa hal tersebut sebagai sebuah kebangkitan dari komunisme.

Agus mengingatkan konstitusi negara sudah sangat tegas dan jelas mengatur tentang larangan PKI. Tapi MPRS Nomor 25 Tahun 1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia dan UU Nomor 27 Tahun 1999 tentang Kejahatan Terhadap Keamanan Negara sudah cukup kuat untuk mengebiri perseorangan atau paham komunis diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, memperdebatkan tentang PKI merupakan hal yang sia-sia dan hanya membawa bangsa ini jalan di tempat.

Polemik yang menguras waktu tenaga dan pikiran dari aset bangsa yang sebenarnya diperlukan meningkatkan efektivitas usaha pembangunan nasional. Terasa sekali apabila sebuah posting-an di sebuah media sosial ada provokatif direspons secara defensif oleh pihak yang berlawanan, maka proses balas membalas ini tidak ada habisnya.

"Dan terkadang juga argumentasi dari proses balas membalas posting-an itu sangat tidak logis dan hanya bersifat terkadang juga sindiran kepada pengirimnya dan keluar dari substansi," paparnya.

Dalam kesempatan itu, Agus menyebutkan paham komunis merupakan antitesis dari kapitalisme.

Komunisme bertujuan untuk mengatasi kemiskinan, pengangguran dan pengungsian, sebagai sistem dari hasil masa lalu. Karena itu, Agus menyarankan untuk menghadapi kebangkitan komunisme lebih baik menghilangkan segala isu yang berkaitan tentang kemiskinan dan pengangguran.

Halaman:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X