Terungkap, Susi Pudjiastuti Ternyata Pernah Pinjam Uang ke Megawati untuk Beli Pesawat

- Selasa, 23 Februari 2021 | 17:53 WIB
Susi Pudjiastuti dan Megawati Soekarno Putri. (Antara foto)
Susi Pudjiastuti dan Megawati Soekarno Putri. (Antara foto)

Kisah hidup mantan Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti baru-baru ini dikisahkan oleh wartawan senior Neta S Pane melalui akun Instagram-nya. Indozone.id telah mendapat izin dari Neta untuk mengutip tulisannya.

Seperti diketahui, jauh hari sebelum ditunjuk jadi menteri oleh Jokowi di periode pertama masa pemerintahannya, Susi merupakan pengusaha yang cukup sukses. Ia punya maskapai penerbangan Susi Air dengan jumlah pesawat sebanyak 52 unit, puluhan kapal penangkap ikan, dan juga sejumlah pabrik pengolahan ikan.

Susi menjadi satu-satunya orang Indonesia yang secara pribadi memiliki begitu banyak pesawat terbang, demikian dituliskan Neta.

Susi Air adalah label penerbangan miliknya 100 persen, yang beroperasi di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Papua. Dan semua bisnisnya itu dikelola dari Kota Pangandaran. Pangandaran dijadikan Susi sebagai pusat perbaikan dan perawatan pesawat Susi Air. Bahkan di kota itu juga Susi membuat simulator bagi para pilot yang ingin menerbangkan pesawat tertentu.

"Dan aye berkesempatan menjelajahi rumahnya, yang tanahnya seluas 6 hektare di Pangandaran. Di tanah itu berdiri lima gedung, ada yang dua lantai hingga lima lantai, baik untuk rumah, galeri, apartemen pegawai, hotel, kantor, dan restauran (selama Covid restorannya tutup). Sejumlah danau kecil juga terdapat di sekitar rumah. Rusa, angsa, dan ayam berkeliaran bebas di hamparan halaman," tulis Neta.

Dilanjutkan Neta, saat masih hidup, Bos Jaya Grup, Ciputra, pernah penasaran dengan asal-usul Susi Pudjiastuti, sehingga Ciputra meminta anak buahnya menelusuri asal-usul nenek moyang Susi dan meminta anak buahnya menuliskannya. Namun hingga Ciputra meninggal, perintah bos Jaya Grup itu tidak jelas nasibnya.

"Siapakah Susi? Kakek moyang ibunya keturunan Majapahit. Setelah usai Perang Bubat, kakek moyang ibunya yang tentara Majapahit tidak pulang ke Majapahit tapi kabur ke kawasan Pangandaran dan menetap di sana. Sedangkan kakek moyang bapaknya berasal dari Persia yang datang ke kawasan Banyumas. Setelah lama menetap di sana, sebagian keturunannya bergeser ke Pangandaran dan menetap di sana, termasuk bapaknya," tulis Neta.

Di Pangandaran, ayah Susi aktif mengembangkan Muhammadiyah sambil berprofesi sebagai kontraktor. Tapi usahanya selalu bangkrut. Sejak kecil Susi selalu dibelikan bapaknya buku-buku soal sosial, politik, ekonomi dan lain-lain. Di masa Soeharto, Susi sempat ditangkap Laksus Jawa Barat karena mengampanyekan golput.

"Sebenarnya Bu Susi, tamat ngga sih SMP?" tanya Neta.

"Saya sempat bersekolah di SMA 1 Jogja. Tapi Gegara jatuh saat bermain dan saya sakit, saya tidak bisa masuk sekolah. Setelah sembuh saya malas bersekolah lagi. Bapak saya marah besar. Teman teman saya satu SMA banyak yang jadi pejabat sekarang ini," jawab Susi.

Ada cerita panjang di balik kesuksesan Susi membangun maskapai Susi Air. Cerita panjang itu berkaitan dengan pendidikannya yang tidak selesai.

Pada awalnya, setelah tidak bersekolah, Susi berjualan ikan di Pangandaran. Usaha tersebut terus berkembang karena banyak permintaan dari dalam dan luar negeri. 

"Saya lalu berpikir harus punya pesawat agar ikan-ikan segar itu bisa cepat diantar. Awalnya punya satu. Belinya cash. Lalu tambah satu lagi," kata Susi, seperti ditulis oleh Neta.

"Saat saya punya dua pesawat terjadi tsunami Aceh. Saat itu saya berpikir, saya harus ke sana membawa bantuan. Saya menjadi orang pertama yang mendaratkan pesawat beberapa hari setelah tsunami Aceh. Saya mendarat di Meulaboh. Semua uang saya Rp450 juta dan berikut bantuan saya bawa ke Aceh. Lalu pesawat kedua juga tiba di Meulaboh. Saya tinggal di Aceh dua bulan lebih. Membantu korban tsunami."

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X