Bangga! Lukisan Mahasiswa Indonesia Tembus Pameran Internasional di Prancis dan Jerman

- Minggu, 25 Oktober 2020 | 23:07 WIB
Mahasiswa Undiksha Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, Yohanes Soubirius De Santo, berdiri di depan karya seni. (ANTARA/Made Adnyana)
Mahasiswa Undiksha Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, Yohanes Soubirius De Santo, berdiri di depan karya seni. (ANTARA/Made Adnyana)

Untuk urusan seni, Indonesia memang tidak tertinggal dalam skala internasional.

Sejumlah seniman Indonesia sudah malang melintang menyajikan karyanya dan diakui mata dunia.

Baru-baru ini, kabar bahagia datang dari seorang mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, Yohanes Soubirius De Santo.

Karya-karyanya dipampang pada pameran seni rupa berskala internasional di Prancis dan Jerman.

"Di Prancis, saya berhasil menembus pameran 'CoArt' yang digelar oleh Provence Academy di Galeri Doramaar, Ménerbes, Prancis. Pameran tersebut berlangsung September 2020. Dalam pameran ini, karya lukisan yang dipamerkan merupakan karya dari para pemenang kompetisi yang berlangsung bulan Agustus," kata Soubirius dilansir dari ANTARA, Minggu (25/10/2020).

Ia menampilkan dua karya dalam pameran di Prancis itu, yakni seni rupa berjudul "I'm Starting To Be Spotted" dan "Negotiable Crowd".

"Ini bukan pameran seperti pada umumnya. Tetapi yang ditampilkan adalah karya yang menang sebelumnya," katanya.

Pameran yang diikuti di Jerman, adalah "(OBSCURE) Desire" diselenggarakan oleh Automat Art Space di Saarbr?cken, Jerman pada 6 November 2020. Ada tiga karyanya yang lolos, yakni "I'm Starting To Be Spotted", "Behind The Rules", dan "Gradually Getting Better".

Ia menjelaskan penciptaan karya-karya itu berawal dari penglihatan terhadap lingkungan sekitarnya.

"Inilah sudut pandang saya tentang dunia kesenian, di mana kesenian memang tidak bisa menjadi obat dari suatu penyakit, namun kesenian dapat menjadi suatu terapi kesehatan yang dapat memulihkan segala ketidaknyamanan yang ada dalam jiwa dan raga setiap makhluk," tuturnya.

Yohanes membutuhkan waktu sekitar tiga minggu untuk persiapan mengikuti pameran tersebut.

"Persiapan itu menyangkut beberapa urusan kelengkapan data karya dan data diri yang diperlukan oleh pihak penyelenggara pameran," jelasnya.

Keikutsertaan dalam pameran bukan pengalaman baru baginya. Pada 2017, ia mengikuti pameran drawing internasional diselenggarakan jurusannya. Dari itu, pameran lain terus dijajal diikuti. Selain itu, ada pameran di tingkat lokal Bali dan nasional.

Pameran tersebut berupa seni kolase antarpulau di Indonesia. Hasilnya, ia terpilih masuk dalam katalog Covid Affects Art 2020 sebagai 150 Perupa Kontemporer Indonesia yang terus bekerja dalam suasana pandemi. Ajang ini diselenggarakan Dicti Art Laboratory.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X