Fakta Pergunjingan Karyawan Boeing Tentang 737 Max!

- Senin, 13 Januari 2020 | 11:41 WIB
Boeing 737 Max di parkiran landasan Boeing di Renton (21/3/2019). (REUTERS/Lindsey Wasson)
Boeing 737 Max di parkiran landasan Boeing di Renton (21/3/2019). (REUTERS/Lindsey Wasson)

Parlemen Amerika Serikat (AS) baru saja menguak komunikasi internal karyawan Boeing yang berkomentar buruk terkait seri 737 Max. Termasuk komentar salah satu karyawan yang menyebut ,bahwa Boeing 737 Max dirancang oleh 'badut' dan diawasi oleh 'monyet'. 

Dalam rekaman percakapan surat elektronik (surel) yang diungkap tersebut, secara garis besar menceritakan bahwa seri terlaris dari Boeing itu sejatinya tidak layak terbang, tetapi dipaksakan tetap dijual dan mengudara. 

Dilansir dari Reuters, Jumat (10/1/2020), dalam pertukaran pesan surel pada 8 Februari 2018, delapan bulan sebelum kecelakaan pertama Boeing 737 Max dari dua kecelakaan fatal, seorang karyawan bertanya kepada yang lain.

"Apakah Anda akan menempatkan keluarga Anda di pesawat terlatih simulator Max? Saya tidak bakal," ujar salah seorang karyawan tersebut.

"Tidak," ujar karyawan yang lain.

Bahkan, beberapa komunikasi mengungkapkan upaya Boeing untuk menghindari pelatihan pilot simulator karena proses itu dianggap mahal dan memakan waktu. Padahal, otoritas penerbangan Amerika, FAA mempersyaratkan hal itu untuk 737 Max.

Dikutip dari New York Times, ada lebih dari 100 halaman pesan internal yang dikirim kepada penyelidik kongres pada Kamis (9/1/2020).

Dalam surel itu, pegawai Boeing mengejek peraturan federal, berbicara tentang menipu regulator dan bercanda tentang kemungkinan kelemahan pada 737 Max saat dikembangkan.

"Saya masih belum dimaafkan oleh Tuhan karena menutup-nutupi yang saya lakukan tahun lalu," salah satu karyawan mengatakan dalam pesan dari 2018, tampaknya mengacu pada interaksi dengan Administrasi Penerbangan Federal (FAA).

Menyikapi sejumlah temuan fakta tersebut, Pengamat Aviasi Gatot Raharjo berpendapat, jika memang fakta tersebut benar-benar dilakukan oleh Boeing, dalam hal ini yang paling fatal adalah 'menipu' otoritas FAA, maka hal ini disebutnya sangat 'memukul' otoritas penerbangan FAA yang notabene menjadi acuan bagi seluruh maskapai di dunia. 

"Kalau memang terjadi seperti di berita itu, ya berarti sangat mencoreng otoritas AS (FAA). Karena mereka yang pertama beri sertifikasi. Dan dari sertifikasi itu baru Boeing bisa menjual pesawatnya ke berbagai negara," ujar Gatot kepada Indozone, saat dihubungi secara langsung, Senin (13/1/2020). 

Saat ditanya tentang apa sikap yang harus diambil otoritas penerbangan Indonesia untuk menyikapi pemberitaan miring tentang Boeing tersebut, Gatot pun menyampaikan bahwa Ditjen Perhubungan Udara, dalam hal ini Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU), harus lebih ketat lagi dalam melakukan sertifikasi, terkait pesawat baru dan seri baru yang akan beroperasi di Indonesia. 

"Regulator kita, ya harusnya memperketat pemeriksaan pesawat sebelum dibeli oleh maskapai Indonesia. Tapi apakah Indonesia sanggup? Terutama untuk pesawat-pesawat teknologi baru. karena biayanya akan sangat besar. Biasanya saat ini kita mempercayakan otoritas negara kuat yang memberi lisensi misalnya AS dan Uni Eropa yang punya sumber daya lebih bagus. Kita tinggal menyempurnakannya," jelas Gatot yang juga merupakan founder terbang.id. 

Gatot mengakui, terkait keamanan dan keselamatan penerbangan, bukanlah hal yang mudah dan murah. Menurutnya, bukan perkara ahli penerbangan Indonesia tidak mampu melakukan pemeriksaan secara rinci terhadap model-model baru pesawat, tetapi menurutnya keterbatasan biaya menjadi kuncinya. 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X