Polda Metro Jaya menangkap DSR (48), seorang dosen di Universitas Negeri Manado karena memfitnah rektornya sendiri melalui media sosial hingga aksi demonstrasi di Jakarta. Dugaan sementara polisi tersangka melalukan hal itu dengan tujuan melengserkan korban dari jabatan rektor di Universitas Manado.
"Keterangan awal dari pelapor memang ada niatan beberapa kelompok yang mencoba mem-PAW (penggantian antar waktu) jabatan rektornya, tapi ini masih dugaan, masih kita dalami semuanya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus di Polda Metro Jaya, Jakarta pada Selasa (18/2/2020).
"Ini upaya yang dilakukan kelompok ini, tapi masih kita lakukan penyelidikan semuanya apakah ada arah ke sana atau arah ke depan adanya pemilihan rektor yang habis masa jabatan sekitar 2021 ya," sambungnya.
Namun, setelah dikonfirmasi ke tersangka, Yusri menyebut tersangka belum mengakui motif itu. Polisi juga masih mengumpulkan bukti-bukti untuk mengungkap motif tersangka memfitnah korban.
"Sampai dengan saat ini mereka masih tetap mengelak, tapi penyidik bukan berharap pengakuan dari tersangka tapi kita lengkapi bukti-bukti yang mengarah," kata Yusri.
Selain itu, Yusri menyebut pihaknya masih menyelidiki pihak-pihak lain yang ikut terlibat dalam kasus ini. Polisi juga masih mencari sosok pelaku yang membiayai para tersangka saat menggelar aksi demo di Jakarta.
"Ini masih kita dalami semua apakah ada aktor dibalik ini," tegas Yusri.
Seperti diketahui, polisi menangkap dosen Universitas Negeri Manado berinisial DSR dan rekannya berinisial RFJR di Manado karena memfitnah Rektor Universitas Negeri Manado, Julyeta. Kedua tersangka ini menyebut ijazah sang rektor palsu.
Mereka menggelar aksi demonstrasi hingga menyebarkan informasi bohong itu melalui media sosial. Hingga saat ini, polisi masih terus menyelidiki kasus tersebut.
