4 Peranan RT dan RW dalam Penanganan Pandemi Virus Corona

- Rabu, 22 April 2020 | 17:50 WIB
Petugas Ahli Teknologi Laboratorium Medik melakukan Tes Swab melalui mulut dan hidung di gedung Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Depok, Jawa Barat, Senin (6/4/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)
Petugas Ahli Teknologi Laboratorium Medik melakukan Tes Swab melalui mulut dan hidung di gedung Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Depok, Jawa Barat, Senin (6/4/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)

Upaya penanganan Covid-19 harus dilakukan bersama-sama oleh semua pihak termasuk masyarakat. Di masyarakat, RT dan RW harus berperan aktif. Sebab RT dan RW merupakan struktur terkecil masyarakat yang dipatuhi.

Menurut pakar epidemologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, Dr. dr. M. Atoillah Isfandiari M.Kes, ada empat peran RT dan RW dalam penanganan pandemi Covid-19.

Pertama, mengedukasi warga yang memiliki gejala Covid-19 untuk menjalani isolasi mandiri di rumah. Kedua, mengedukasi warga yang pernah kontak dengan ODP, PDP, maupun pasien positif infeksi virus corona baru. Edukasi diperlukan agar tidak memunculkan sikap antipati.

"Tingkat pemahaman dan cara memahami masyarakat itu memang berbeda-beda, tergantung dengan tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikannya. Edukasi warga untuk isolasi mandiri itu memang sulit. Tapi harus dilakukan agar upaya pencegahan berhasil," kata dr Atoillah dalam suatu diskusi online, Rabu (22/4/2020).

-
Pesan pencegahan virus corona di RT dan RW yang disebar di Kelurahan Kedaung Kaliangka, Jakarta Barat. (INDOZONE/Desika Pemita)

Selanjutnya peran RT dan RW yang ketiga adalah menginformasikan langkah tepat pencegahan penularan virus corona baru pada warga. Upaya pencegahan tidak cukup hanya dengan menyemprotkan disinfektan di sekitar lingkungan tempat tinggal. Sebab penularan virus dari orang ke orang.

"Semprot disinfektan di mana-mana tapi enggak pakai masker, pergi ke pasar tradisional tidak melakukan physical distancing dan sebagainya percuma. Ini seperti menganggap Covid-19 disebabkan oleh hama. Padahal virusnya ada di dalam tubuh si penderita dan penyemprotan hanya bisa membunuh virus ketika ada di luar tubuh," ujar dr Atoillah.

Dikatakan olehnya, penyemprotan disinfektan hanya memberikan keamanan semu pada warga. Tak sedikit warga yang beranggapan jika dirinya aman dari Covid-19 setelah penyemprotan disinfektan. Padahal virus menular melalui droplet atau percikan ketika batuk, bersin, maupun berbicara. Cara penularan itu tidak bisa diselesaikan oleh disinfektan.

"Informasi ini harus terus digaungkan hingga ke level RT dan RW. Penyebaran informasi ini bisa dilakukan melalui selebaran melalui WhatsApp group. Sebab seringkali yang tersebar justru informasi-informasi yang salah dan justru semakin mencemaskan warga," ucap dr Atoillah.

Dirinya menambahkan, RT dan RW bisa memiliki grup WhatsApp atau media sosial sendiri yang berisi informasi-informasi terverifikasi. Dengan begitu warga akan mendapatkan informasi yang benar dan merata.

Peran RT dan RW yang terakhir adalah mengedukasi warga agar tidak memberikan stigma negatif terhadap pasien Covid-19, termasuk ketika pasien sudah dinyatakan sembuh dan kembali ke rumah.

Warga perlu mendapat edukasi jika ada warga yang positif Covid-19, bukan berarti warga tersebut akan sakit seterusnya. Pasien bisa sembuh sehingga seharusnya ketika pulang ke rumah tidak mendapatkan penolakan. Selain itu, edukasikan pula kepada warga bahwa mereka yang sakit tidak punya keinginan untuk sakit.

"Jadi jika ada yang sakit itu hendaknya diisolasi dan pada warga harus ada pemikiran bahwa yang sakit tidak menularkan penyakit apabila sudah selesai isolasi. Setelah sembuh bisa diterima lagi oleh warga," pungkas dr Atoillah.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X