Mbah Moen, Cendekiawan NU Penyebar Dakwah Damai di Nusantara

- Selasa, 6 Agustus 2019 | 12:45 WIB
Mbah Moen (doc. NU)
Mbah Moen (doc. NU)

Indonesia kembali kehilangan sosok berpengaruh. Maimun Zubair atau akrab disapah Mbah Moen, meninggal dunia di Makkah, Arab Suadi, Selasa (6/8/2019). 

Mbah Moen menghadap Sang Pencipta setelah menjalani hidup selama 90 tahun. Kiai sepuh Nahdlatul Ulama (NU) itu tutup usia sesudah mewarisi banyak ilmu kepada umat. 

Semasa hidup, Mbah Moen terkenal sebagai cendekiawan syariat Islam. Dia kerap menjadi rujukan sejumlah ulama Tanah Air karena ahli dalam urusan ilmu fiqih dan ushul fiqh

Status seorang alim tidak membuat Mbah Moen besar kepala. Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu tetap rendah hati dan berkepribadian santun terhadap sesama. 

Ketika menyampaikan syiar Islam, Mbah Moen memilih tutur kata yang baik. Dia memegang prinsip bahwa seorang ulama harus menyebar kedamaian ketika berdakwah untuk masyarakat di Nusantara. 

"Kalau dakwah jangan galak-galak," kata Mbah Moen ketika acara silaturahmi Forum Alumni Santri Sarang (FASS) Jabodetabek di Kalibata, Jakarta Selatan, 7 November 2017. 

Nasihat dan saran sejuk Mbah Moen nampak ketika PPP mengalami dualisme kepemimpinan, yakni versi Romahurmuziy dan Djan Faridz. Selain bantuan lisan, Mbah Moen pun menemui Presiden Joko Widodo.

Mbah Moen ingin Jokowi mengintervensi konflik PPP. Langkah yang diambil Mbah Moen sejatinya memiliki satu tujuan, yakni mencegah perpecahan di internal partai berlambang Kakbah tersebut. 

Latar Belakang Ilmu Mbah Moen

Mbah Moen tidak mendapatkan ilmu dengan cara instan. Dia pernah berguru ke berbagai sosok ulama terkemuka, baik dari Indonesia maupun Makkah. 

Mbah Moen merupakan putra Kiai Zubair, Sarang, seorang alim dan faqih. Dia meneruskan pendidikan mengajinya di Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan Kiai Abdul Karim. Selain itu, selama di Lirboyo, Mbah Moen juga mengaji kepada Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki.

Pada usia 21 tahun, Mbah Moen mulai menuntut ilmu ke Makkah. Dia mengaji kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, hingga Syekh Abdul Qodir al-Mandaly di Tanah Suci.

Mbah Moen juga mendapatkan ilmu dari tokoh-tokoh Islam tanah Jawa. Beberapa di antaranya kepada Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, hingga Syekh Abul Fadhol Senori.

Setelah menjadi seorang alim, Mbah Moen menuangkan ilmunya dalam sebuah karya berbentuk kitab-kitab yang menjadi rujukan santri. Salah satu yang terkenal adalah kitab al-Ulama al-Mujaddidun. 

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X