Anggota Komisi I DPR RI Bobby Rizaldi mendukung langkah pemerintah yang berniat melakukan mekanisme identifikasi "profiling" terhadap anak-anak WNI eks ISIS.
"Saya mendukung langkah pemerintah dengan memastikan adanya mekanisme identifikasi 'profiling' atau 'protokol assesment' oleh lembaga negara yang berkompeten," kata Bobby di Jakarta, Sabtu (15/2/2020).
Menurutnya, "profiling identification" penting untuk mengetahui bagaimana mereka bisa tergabung dalam kelompok ISIS. Setelah itu, baru bisa diputuskan apakah mereka masih bisa tinggal di Indonesia atau tidak.
"Langkah itu bisa dilakukan BNPT atau lembaga negara lain yang ditugaskan pemerintah untuk hal ini," ujarnya.
Pada akhirnya, apapun keputusan pemerintah terkait anak-anak WNI eks ISIS, harus dilengkapi instrumen negara yang jelas dalam penanganannya. Anak-anak WNI eks ISIS harus dipastikan telah bebas dari paparan radikal ISIS.
Politisi dari Partai Golkar ini menyebut pemerintah Indonesia tidak perlu dipusingkan dengan persoalan pengungsi eks ISS. Negara lain juga belum ada yang mau menerima warga eks ISIS.
"Ini jadi masalah dunia, bukan hanya Indonesia dan belum ada negara yang mau menerima eks ISIS, sehingga biar kita menunggu resolusi bersama," katanya.
Sebelumnya, Menkopolhukam Mahfud MD mempertimbangkan kemungkinan untuk memulangkan anak-anak WNI eks ISIS yang berusia di bawah 10 tahun.
Namun, jika anak-anak itu pernah terlibat latihan bersenjata atau terpapar pengaruh radikal ISIS, mereka tidak akan dipulangkan ke Indonesia.
