Sekjen PDIP Sebut Pilpres Idealnya Diikuti Dua Paslon dan Satu Putaran Saja

- Kamis, 25 Agustus 2022 | 19:38 WIB
Dokumentasi warga memasukan surat suara yang telah dicoblos pada pemungutan suara ulang pemilihan umum (pemilu) 2019 di TPS-6 Desa Lamteumen Timur, Banda Aceh, Aceh, Kamis (25/4/2019). (ANTARA FOTO/Irwansyah Put
Dokumentasi warga memasukan surat suara yang telah dicoblos pada pemungutan suara ulang pemilihan umum (pemilu) 2019 di TPS-6 Desa Lamteumen Timur, Banda Aceh, Aceh, Kamis (25/4/2019). (ANTARA FOTO/Irwansyah Put

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan partainya siap menghadapi Pilpres dengan kemungkinan dua atau lebih pasangan calon.

Hanya saja Hasto menilai Pilpres idealnya diikuti oleh dua pasangan calon presiden (Capres) dan calon wakil Presiden (cawapres). Sehingga Pilpres hanya akan berlangsung dalam satu putaran.

"Indonesia memerlukan pelaksanaan Pilpres yang demokratis, cepat, kredible, dan bagaimana memastikan hanya berlangsung satu putaran. Padangan ini bisa terwujud apabila dilakukan langkah konsolidasi dan mendorong kerjasama parpol di depan, sehingga mengarah pada dua paslon,” kata Hasto dalam keterangannya, Kamis (25/8/2022).

Meski begitu ia menekankan bilamana PDIP selalu siap berapapun jumlah pasangan yang akan bertanding nanti. Walaupun nantinya lebih dari dua pasangan.

Baca Juga: PDIP Ungkap Ada Praktik Jual-Beli Jabatan ASN, Wagub DKI Jakarta Ancam Beri Sanksi

“Meski PDI Perjuangan siap bertanding dengan 2 atau 3 paslon. Sekiranya 3 paslon, pada putaran kedua pasti akan terjadi deal-deal politik baru. Jadi kenapa tidak membangun kesepahaman di depan saja," tuturnya.

Hasto merespon pendapat jika 2 pasangan akan menghindarkan diri dari politik identitas. Padahal politik Indonesia itu mencerdaskan kehidupan bangsa dan politik itu membangun peradaban. Jangan dibawa mundur. 

“Mereka yang menggunakan politik identitas dan politik primordial, biasanya miskin kinerja, tidak punya prestasi, maka digunakanlah cara-cara yang tidak cerdas, tidak bijak, dan tidak membangun peradaban," tutur Hasto.

"Kalau tentang Pilpres, mau beberapa calon, PDIP ngalir saja, dua calon tiga calon kita siap. Hanya kan politik ini kita harus melihat konteksnya. Kita baru mengalami pandemi dampaknya sangat dasyat dalam kehidupan kita. Pemulihan ekonomi belum begitu bagus, persoalan geopolitik perang Rusia-Ukraina, dan ketegangan yang terjadi di Laut Tiongkok Selatan kemudian kemarin krisis di Taiwan, kemudian persoalan di Timur Tengah harus menjadi perhatian kita,” urai Hasto.

Hasto mengajak semua pihak untuk tingkatkan demokrasi politik itu membangun peradaban, bahwa politik itu mencerdaskan kehidupan bangsa bukan menurunkan kualitas kecerdasan rakyat Indonesia dengan berbagai isu-isu.

“Pemilu itu adalah alat dan mekanisme regenerasi kepemimpinan atas dasar kedaulatan rakyat. Pemilu bukan ajang memecah belah. Kualitas Pemilu juga ditentukan oleh hasil, termasuk hasil dari kualitas pemimpin yang lahir melalui Pemilu. Semakin Pemilu diwarnai oleh narasi yang jauh dari keadaban publik, semakin buruk kualitas Pemilu,” tandas Hasto.

Artikel Menarik Lainnya:

Halaman:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

X