3 Fakta Gempa di Ternate

- Senin, 8 Juli 2019 | 08:56 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini adanya potensi tsunami dari gempa bumi yang terjadi di Ternate, Maluku Utara pada Minggu (7/7/2019) malam.

Gempa magnitudo 7,0 itu terjadi pukul 22.08 WIB. Pusat gempa berada di laut dengan koordinat 0,54 LU-126,19 BT atau 133 kilometer arah barat daya Ternate. Guncangan gempa terasa hingga Sulawesi Utara.

Awalnya BMKG menginformasikan gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami lalu tidak lama kemudian diperbaharui informasinya bahwa gempa tersebut berpotensi terjadi tsunami. Berikut tiga fakta seputar gampa Ternate:

Gempa akibat deformasi kerak bumi

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan gempa bumi yang terjadi di Ternate, Maluku Utara merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat deformasi kerak bumi pada Lempeng Laut Maluku.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal. Gempa tersebut memiliki mekanisme sesar naik atau thrust fault akibat adanya tekanan atau kompresi lempeng mikro Halmahera ke arah barat, dan tekanan lempeng mikro Sangihe ke arah timur." kata Dwikorita dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (8/7/2019) dini hari.

Akibatnya menurut dia, lempeng laut Maluku terjepit hingga membentuk double subduction ke bawah Halmahera dan ke bawah Sangihe.

"Berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan guncangan dirasakan di Bitung dan Manado dengan intensitas IV-V MMI atau dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun," lanjutnya.

BMKG rekam ada belasan gempa susulan pascagempa

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Winangun, Kota Manado, Edward H Mengko mengatakan, sebanyak 16 gempa susulan terjadi pascagempa dengan magnitudo 7,1 di wilayah perairan antara Sulawei Utara dan Maluku Utara.

"Lokasi gempa susulan terjadi di seputar lokasi gempa utama yaitu sekitar Barat Daya Ternate, Provinsi Maluku Utara," sebut Edward di Manado Senin (8/7/2019).

Dia mengatakan, rentang kekuatan gempa susulan yang terekam berkisar antara magnitudo 3,8 hingga 4,9.

Pascagempa magnitudo 7,1, dari hasil observasi alat pengukur pasang surut air laut badan informasi geospasial tidak ditemukan adanya anomali kenaikan atau turunnya permukaan air laut yang mengindikasikan tsunami.

Akan tetapi, terjadinya kenaikan dan penurunan permukaan air laut adalah normal akibat pasang surut.

"Kami tetap berharap warga waspada, jangan panik dan tetap merujuk pada informasi resmi yang dikeluarkan BMKG, jangan mudah percaya informasi-informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya," ajak Edwad.

Belum ada laporan kerusakan

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bitung, Sulawesi Utara (Sulut) Ruddy Wongkar mengatakan belum ada informasi terjadinya kerusakan pascagempa magnitudo 7,0.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X