Remaja Pembunuh Balita, KPAI: Orangtua Wajib Dampingi Anak Menonton

- Sabtu, 7 Maret 2020 | 19:58 WIB
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). (Wikipedia)
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). (Wikipedia)

Seorang remaja membunuh bocah 5 tahun, merupakan tetangganya sendiri. Tersangka diidentifikasi berusia 15 tahun kini tengah diamankan Polsek Sawah Besar, menyerahkan diri ke polisi.

Dia mengakui semua perubatannya. Polisi juga dengan mudah mendapatkan barang bukti. Kasus tersebut sempat menghebohkan wilayah tempat tinggal tersangka dan korban, di Karang Anyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Kasus tersebut rupanya juga mendapatkan perhatian dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Retno Listyarti, Komisioner KPAI, langsung memberikan pernyataan, Sabtu (7/3/2020), prihatin dengan kasus tersebut.

Apalagi, tersangka terlihat cerdas. Dia memiliki kemampuan lebih untuk remaja seusianya. Sayangnya, dia kurang mendapatkan pembinaan.

Dia juga menyebutkan, pembunuhan yang dilakukan remaja ini tak perlu terjadi. Seandainya, dia mendapatkan perhatian yang tepat dari orang-orang di sekitarnya.

"Pelaku sebenarnya memiliki potensi yang dapat dimaksimalkan untuk membangun kepercayaan diri dan menumbuhkan penghargaan terhadap dirinya, karena yang bersangkutan berprestasi olahraga tenis meja dan jago menggambar. Sayangnya tidak dimaksimalkan Pihak sekolah, seperti wali kelas dan guru Bimbingan Konseling semestinya juga memiliki kepekaan untuk menangkap perilaku delikuen si anak sehingga dapat menolongnya untuk mendapatkan bantuan psikologis," ungkapnya.

-
Polisi menunjukkan sketsa dan curhatan pelaku saat konferensi pers di Mapolres Jakarta Pusat, Sabtu (7/3/2020). (INDOZONE/M Fadli)

Saran untuk Orangtua

Retno Listyarti memberikan saran untuk orangtua, agar terus memperhatikan anak. Selain itu, mengetahui apa yang menjadi kebiasaan dan tontonan anaknya, apalagi jika ketahuan menyaksikan film atau tontonan berbau kekerasan.

"Jika menyimak pada pengakuan anak pelaku bahwa perilakunya dipengaruhi oleh atau terinspirasi tontonan film “Chucky” dan Slender Man, maka kita dapat menyaksikan bersama bahwa media audio visual sangat kuat mempengaruhi perilaku seorang anak. Anak adalah peniru ulung dari apa yang dia lihat langsung di lingkungannya atau dia lihat melalui tayangan di televisi dan film," ungkapnya.

-
Polisi menunjukkan sketsa dan curhatan pelaku saat konferensi pers di Mapolres Jakarta Pusat, Sabtu (7/3/2020). (INDOZONE/M Fadli)

Pengawasan Ketat

Dia juga menggarisbawahi, anak-anak harus selalu diawasi secara ketat saat menonton, baik melalui televisi maupun aplikasi youtube, mengingat mayoritas anak sudah memiliki telepon genggam.

"Media audio visual seperti tayangan televisi dan film dapat mempengaruhi sikap dan perilaku  penontonnya. Tayangan televisi dan film bersifat audio visual sinematografis memang memiliki dampak besar terhadap perilaku penontonya, khususnya bagi yang belum memiliki referensi yang kuat, seperti  anak-anak dan remaja. Meskipun dampak tayangan tersebut bukanlah factor tunggal, bisa saja ada factor lain yang memicu  perilaku delinkuen seorang anak," pungkasanya.

"Audio visual itu daya pengaruhnya ke anak tinggi, apalagi kalau anak menonton tanpa pendampingan dan edukasi orang dewasa. Mereka belum sepenuhnya paham duduk persoalan, pertimbangan belum matang, cenderung menelan mentah-mentah apa yang mereka tonton dan  cenderung meniru apa yang mereka anggap keren," katanya.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X