Upaya Penyelamatan "Herbal Ajaib" Dari Hutan Kalimantan

- Senin, 19 Agustus 2019 | 15:21 WIB
ANTARA/Iskandar
ANTARA/Iskandar

Baru-baru ini Indonesia dibuat bangga dengan torehan prestasi siswa SMA Negeri Palangkaraya, Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharani yang berhasil menyabet medali emas di World Invention Creativity Olympic (WICO), Seoul, Korea Selatan, 25 Juli 2019.


Sebenarnya penelitian tentang tanaman bajakah ini ide dari Yazid Rafli Akbar yang merupakan siswa SMA Negeri Palangkaraya yang duduk di bangku kelas X. Sayangnya, ia tak bisa ikut dalam ajang kompetisi yang dilaksanakan di Korea karena tak diberi izin oleh orang tuanya.

Sebenarnya kemunculan obat ajaib dari hutan Kalimantan, termasuk di Kalimantan Utara (Kaltara) bukanlah kisah baru. Pada tahun 1990-an, Kalimantan menjadi sorotan dunia karena deforestasi (pembalakan liar dan pembukaan lahan dengan pembakaran).
 
Melihat hal ini, ada pihak yang mengambinghitamkam bahwa warga lokal lah yang melakukan deforestasi. Tapi, pakar kehutanan Universitas Mulawarman Dr. Ir Abubakar M Lahjie M. Agr membantah pernyataan itu dan mengatakan bahwa warga lokal yang justru melestarikan hutan secara turun temurun.

-
ANTARA/Dokumen/Hafidz Mubarak A

 

Pakar agroferestry dari lulusan Nihon University Jepang ini mengungkapkan bahwa menurut hasil studinya, warga lokal membagi beberapa zona hutan, di antaranya zona untuk berburu, perkampungan, pemakaman, serta hutan larangan yang menjadi '"apotek hidup".

Bagi warga pedalaman, tumbuhan di kawasan "apotek hidup" sering dijadikan sebagai obat-obatan secara turun temurun. Jika ada yang ketahuan merusak tanaman di kawasan ini akan dikenakan sanksi oleh lembaga adat.

Dahulu sebenarnya, ada beberapa tanaman yang bisa menangkal malaria, ramuan untuk mengatur kelahiran serta obat kanker. Namun belum ada penelitian seperti yang sekarang ini.

Pertengahan 1990-an, harapan ditemukannya ramuan ajaib kembali mencuat seiring dengan viralnya  kasus pertama kali warga Kaltim divonis terkena Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) pada 1993 di Lokalosasi Loa Janan Kutai.

-
ANTARA/H Putra

 

Kepanikan terhadap HIV/AIDS membuat sebuah harapan baru untuk menemukan tumbuhan obat dari "Heart of Borneo" (Indonesia, Malaysia, dan Brunei). Sayangnya, harapan ini kurang mendapatkan respon positif. Hal ini dikarenakan berita tentang hutan Borneo yang memiliki tumbuhan hebat untuk pengobatan dianggap hanya sebuah "kampanye" untuk menjaga kondisi hutan.

Salah satu tanaman obat yang terbukti khasiatnya ialah bajakah. Tanaman obat kanker yang belakangan ini menjadi sorotan publik lewat sebuah penelitian yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri Palangkaraya.

Warga Kalimantan sendiri sebenarnya sudah akrab dengan akar Bajakah sejak di bangku sekolah dasar. Misalnya saja, pelajar yang mengikuti pramuka akan diajarkan cara bertahan hidup di hutan, salah satunya meminum air dari akar Bajakah. Namun hanya warga Dayak di Kalteng dan segilintir orang yang tahu akan khasiatnya.

-
ANTARA Kalteng/Kasriadi

 

Dari penelitian yang dilakukan oleh para siswa inilah orang-orang mulai mengetahui manfaat dari tanaman bajakah. Tanaman bajakah mengandung 40 zat yang bisa mematikan sel-sel kanker dalam tubuh. Zat-zat ini terdiri dari saponin, fenolik, steroid, terpenoid, tannin, alkonoid, dan terpenoid, yang berfungsi sebagai antioksidan, memaksimalkan kerja sistem imun, dan kaya vitamin A.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X